Connie Rahakundini Bakrie analis militer dan pertahanan mengaku khawatir dengan potensial risk (risiko potensial) dalam negeri dan luar negeri jelang Pilpres 2024.
Pernyataan Connie disampaikan pasca keputusan Mahkamah Konstitusi soal batas usia Capres-Cawapres 40 tahun dan pernah atau sedang menjadi kepala daerah. Keputusan itu memuluskan Gibran Rakabuming Raka maju sebagai Bacawapres pendamping Prabowo Subianto di Pilpres 2024.
Banyak pihak mengkhawatirkan terjadi politik dinasti dan ketidaknetralan Jokowi Presiden dalam kontestasi Pilpres 2024.
“Kondisi saat ini lumayan besar pengaruhnya bagi potensial risk. Pertama involvement (keterlibatan) aparat. Kemungkinan tidak netral itu tetap ada. Kemungkinan bapaknya menggunakan aparat untuk kepentingan anaknya tetap ada,” kata Connie dalam keterangannya, Selasa (31/10/2023).
Connie mengingatkan sejarah yang terjadi pada Tahun 1998-1999, tidak ada kekuatan intelijen, aparat dan militer apapun bisa mengerem kekuatan kemarahan masyarakat.
“Saya marah kepada Jokowi, dia tidak jalankan fatsun politik. Ini ada etika yang dilanggar,” tegas Connie.
Dia mengaku sudah tidak percaya dengan omongan Joko Widodo (Jokowi). Pertama Jokowi pernah bilang tidak akan cawe-cawe tapi akhirnya malah cawe cawe. Bahkan hingga membuat Mahkamah Konstitusi (MK) mengeluarkan putusan yang aneh meloloskan putera Jokowi ikut kontestasi menjadi Bacawapres.
“Bahkan Arief Hidayat hakim MK mengusulkan bubarkan saja MK. Itu artinya ada yang salah dengan MK saat ini,” kata dia.
Connie juga menyinggung soal pentingnya sikap tahu diri dan tahu malu serta soal kepantasan. Dia mengaku saat ini khawatir dengan lahirnya mini mini kawe (cawapres tidak punya kapabilitas).
“Saya tidak marah saat Gibran jadi walikota tapi kali ini saya marah kepada Jokowi melakukan hal hingga kondisi negara seperti saat ini,” kata dia.
Connie mengaku dirinya angkat topi dan hormat sama Prabowo. Namun dirinya merasa ada yang aneh dengan omongan mini mini kawe (Gibran) yang mengatakan “Pak Prabowo jangan khawatir, saya ada di sini”.
Menurut Connie, dilihat dari omongan Gibran tersebut membuktikan ada yang salah dengan kondisi saat ini.
“Saya sebagai dosen merasa miris seorang anak bicara seperti itu ke orang tua. Rasanya kok tak pantas,” kata dia.
Connie mengkhawatirkan kondisi politik di tanah air seperti saat ini bisa menimbulkan risiko Indonesia dimasuki oleh kepentingan asing. Potensi itu harus diwaspadai.
“Saat ini yang saya khawatirkan dari soal Gibran adalah takutnya kemarahan masyarakat yang memuncak. Kemarahan masyarakat kapan meledaknya waktunya saya tidak tahu. Tapi itu terjadi dimulai dari drama Korea soal MK. Saat ini memang diperlukan revolusi moral leadership,” kata Connie.
Sebagai analis militer, Connie mengatakan, dirinya tidak ingin Prabowo melakukan hal yang tidak diinginkan terjadi.
“Prabowo harus ganti cawapres. Atau Jokowi cuti, menteri yang ikut kontestasi juga cuti. Coba bayangkan bagaimana mungkin bisa membelah kepentingan antara diri sebagai presiden dan kepentingan anak bapak demi anak,” kata dia.
Connie juga menyoroti soal penggantian Panglima TNI yang terkesan dipercepat, dimana saat ini DPR sudah terima Surat Presiden (Surpres) penggantian panglima TNI.
Menurut Connie, apa urgensinya dipercepat penggantian Panglima TNI sebab Laksamana TNI Yudo Margono Panglima TNI saat ini masih belum pensiun. Kecuali Panglima TNI mempunyai kesalahan besar, maka wajar kalau diganti.
“Saya curiga kenapa harus buru buru dan disegerakan melantik Jenderal Agus Subiyanto jadi panglima TNI. Ini lebih aneh lagi kok ada percepatan penggantian panglima TNI. Saya ingatkan, TNI dari rakyat, jangan gunakan TNI untuk kepentingan yang bukan untuk rakyat,” pungkas Connie. (faz/ham)