Jumat, 22 November 2024

Alasan Jawa Timur dan Kalangan Pesantren Jadi Magnet Bagi Kandidat Pilpres

Laporan oleh Ika Suryani Syarief
Bagikan
Ganjar Pranowo bakal calon presiden 2024 dari PDIP pecah kerumunan ribuan warga Surabaya di Balai Pemuda, Sabtu (6/5/2023). Foto: Meilita suarasurabaya.net

Surokim Abdussalam, pengamat politik Universitas Trunojoyo (Unijoyo) Madura mengatakan, Provinsi Jawa Timur dan kalangan pondok pesantren memiliki daya tarik tersendiri bagi para bakal calon presiden.

“Ganjar Pranowo, Anies Rasyid Baswedan, termasuk Prabowo Subianto menjadikan kunjungan ke Jawa Timur dan ke tokoh-tokoh Nahdliyin yang berbasis pondok pesantren sebagai kunjungan penting untuk menaikkan elektabilitas,” kata dia kepada suarasurabaya.net, pada Minggu (7/5/2023).

Beberapa faktor yang menjadikan Provinsi Jatim strategis bagi para kandidat pemilu menurut Surokim, antara lain pertama secara geopolitik Jawa Timur merupakan sentrum politik nomor dua setelah DKI Jakarta. Dari sisi jumlah kuantitas pemilih, Jatim menempati posisi kedua setelah Jawa Barat, dan Jawa Timur berkontribusi hampir 16 persen suara nasional.

Bakal capres Anies Baswedan saat tiba di Bandara Notohadinegoro, Jember pada Sabtu (6/5/2023) sore. Foto: Antara

“Yang kedua, power simboliknya Jawa Timur adalah banyak tokoh-tokoh nasional berasal dari Jawa Timur. Lalu yang ketiga, jumlah pemilih Nahdliyin (nasional) yang 110 juta itu, di Jatim hampir 70 persen itu juga pemilih dari kalangan Nahdliyin yang cair. Jadi faktor-faktor itu yang membuat kenapa kemudian Jawa Timur selalu menjadi barometer politik nasional setelah Jakarta,” ungkapnya.

Uniknya, tambah Surokim, efek bandwagon (kecenderungan perilaku politik) pemilih Jawa Timur lebih kuat daripada pemilih Jawa Barat yang jumlah penduduknya lebih banyak.

“Karena Jawa Barat itu pemilihnya cenderung lebih homogen, dan Jawa Timur itu relatif heterogen. Kecuali PKB, perolehan suara partai-partai yang diperoleh dari Jawa Timur itu hampir mirip dengan perolehan suara nasional. Jadi Jawa Timur selalu bisa merepresentasikan perolehan suara nasional,” katanya.

Prabowo Subianto Ketum Partai Gerindra saat meresmikan Kantor Badan Pemenangan Pemilu dan Badan Pemenangan Presiden Partai Gerindra, Sabtu (7/1/2023). Foto: Antara

Lalu mengenai magnet kalangan pesantren bagi para peserta pemilu, dijabarkan oleh Surokim, adalah karena patronase politik dari para kiai di Jawa Timur yang notabene lekat dengan kultur kaum Nahdliyin (warga NU). Para politisi tersebut meyakini apabila mereka melakukan sowan atau menunjukkan kedekatan mereka kepada para kiai, akan berdampak pada meningkatnya keterpilihan mereka di kalangan warga NU.

“Meskipun para kiai tersebut tidak menunjukkan dukungan (langsung) kepada para kandidat, karena para kiai biasanya memang terbuka menerima siapa saja yang datang ke pesantrennya. Apalagi jumlah alumni pesantren dan jaringan massa jemaahnya yang besar. Ingat, di Jawa Timur sekitar 70 persen pemilik suara adalah warga Nahdliyin. Ini yang menjadi ketertarikan dari para politisi itu,” pungkas Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Budaya (FISIB) Unijoyo ini.(zan/iss)

Berita Terkait

Surabaya
Jumat, 22 November 2024
29o
Kurs