Sabtu, 23 November 2024

Rusia Tidak Akan Hentikan Perang Meski Ukraina Tidak Masuk NATO

Laporan oleh Billy Patoppoi
Bagikan
Ilustrasi para demonstran mengecam invasi Rusia ke Ukraina. Foto: Antara/Reuters

Sekutu utama Vladimir Putin Presiden Rusia pada Jumat (26/8/2022) kemarin, mengatakan bahwa Moskow tidak akan menghentikan serangan militer di Ukraina, meski Kiev secara resmi mengubur aspirasinya untuk bergabung dengan Pakta Pertahanan Atlantik Utara (NATO).

Dmitry Medvedev mantan presiden Rusia sebelum Putin, yang sekarang menjabat Wakil Ketua Dewan Keamanan mengatakan bahwa Rusia siap mengadakan pembicaraan dengan Volodymyr Zelenskyy Presiden Ukraina dengan beberapa syarat tertentu.

Medvedev bahkan menyebut jika sebelum memulai invasi pada Februari, Moskow sudah menjelaskan bahwa keanggotaan Ukraina di NATO tidak dapat diterima.

“Melepaskan partisipasinya di Aliansi Atlantik Utara sekarang penting, tapi itu sudah tidak cukup untuk bisa membangun perdamaian,” kata Medvedev kepada televisi LCI melalui kutipan yang dilaporkan oleh kantor berita Rusia dan dikutip Antara, Sabtu (27/8/2022).

Rusia, kata dia, akan melanjutkan serangan sampai tujuannya tercapai, yakni “mendenazifikasi” Ukraina.

Kiev dan Barat kemudian menyebut jika hal tersebut merupakan dalih perang yang tidak berdasar demi melakukan penaklukan.

Rusia dan Ukraina sendiri telah menggelar beberapa kali perundingan setelah invasi. Tetapi, sejauh ini tidak ada kemajuan dan hanya ada sedikit prospek untuk melanjutkan kembali perundingan.

“Ini (perundingan) akan tergantung pada bagaimana beberapa peristiwa akan terungkap. Kami sudah siap sebelum bertemu (Zelenskyy),” kata Medvedev.

Dalam komentarnya, dia juga mengatakan bahwa senjata Amerika Serikat (AS) yang sudah disuplai ke Ukraina, seperti peluncuran roket ganda HIMARS, belum memberikan ancaman yang berarti untuk Rusia.

Tapi itu bisa berubah, kata dia, jika AS mengirimkan senjata yang dapat mengenai target pada jarak yang lebih jauh.

“Artinya ketika rudal semacam ini terbang sejauh 70 km, itu satu hal biasa. Tapi, ketika jaraknya 300-400 km, itu hal berbeda, itu akan menjadi ancaman langsung bagi wilayah Federasi Rusia,” kata Medvedev. (ant/bil)

Berita Terkait

Surabaya
Sabtu, 23 November 2024
27o
Kurs