Jumat, 22 November 2024

PAN: Koalisi Indonesia Bersatu Sangat Strategis dan Punya Efek Kejut Politik

Laporan oleh Muchlis Fadjarudin
Bagikan
Dradjad Hari Wibowo Ketua Dewan Pakar Partai Amanat Nasional (PAN). Foto: Faiz Fadjarudin

Koalisi Indonesia Bersatu yang disepakati Zulkifli Hasan Ketua Umum (Ketum) Partai Amanat Nasional (PAN) bersama Ketum Golongan Karya (Golkar) dan Partai Persatuan Pembangunan (PPP) merupakan keputusan politik yang sangat strategis.

“Sebagai kader PAN, berdasarkan analisis yang obyektif, saya meyakini koalisi ini akan sangat memperkuat posisi politik ketiga parpol dalam pileg dan pilpres 2024,” ujar Dradjad Hari Wibowo Ketua Dewan Pakar PAN dalam keterangannya, Senin (16/5/2022).

Menurut Dradjad, kesepakatan ketiga Ketum tersebut mempunyai efek kejut politik yang besar. Parpol lain baru berancang-ancang menjajaki koalisi, sementara Golkar, PAN dan PPP sudah terlebih dulu menyepakati membangun koalisi.

“Dari hasil pileg 2019, ketiga parpol tersebut memperoleh 26,82 persen kursi DPR dan 23,93 persen suara. Jadi Koalisi Indonesia Bersatu sudah memenuhi persyaratan pasal 222 dari UU 7/2017 tentang Pemilihan Umum untuk mengusung Capres dan Cawapres dalam Pilpres 2024,” jelasnya.

Kata dia, Parpol lain akan berhitung mengenai apa yang membuat ketiga Ketum parpol tersebut jauh-jauh hari sudah bisa menyepakati koalisi.

“Saya menduga, beberapa parpol terkejut karena tidak menyangka perkembangan ini (caught by surprise). Bisa saja mereka mempercepat rencana koalisi mereka, atau berusaha merangkul ketiga parpol tersebut, atau bisa juga berusaha agar Koalisi Indonesia Bersatu tidak jadi terwujud,” kata Dradjad.

Yang jelas, lanjut Dradjad, keputusan Golkar, PAN dan PPP telah mengubah peta politik nasional dengan cukup signifikan.

Dradjad menegaskan, tokoh-tokoh nasional yang potensial menjadi Capres jelas akan menjajaki dukungan koalisi ini.

“Tokoh yang sekarang menjadi Ketum parpol atau putri Ketum parpol seperti Puan, Prabowo, Muhaimin dan AHY, mau tidak mau harus mengkaji, apakah koalisi ini bisa diajak mendukung, atau justru menjadi pesaing politik,” tegasnya.

“Tokoh yang bukan Ketum parpol seperti Ganjar (Ganjar Pranowo), Anies (Anies Baswedan), Mas Tris (Soetrisno Bachir), Sandi (Sandiaga Uno) dan Erick (Erick Thohir) , mau tidak mau perlu menjajaki apakah bisa diusung koalisi ini,” imbuhnya.

Singkat cerita, kata Dradjad, posisi tawar politis dari ketiga parpol ini naik drastis.

Dradjad mengungkapkan, Jokowi Presiden pun akan tertarik dengan koalisi ini.

“Sebagai Presiden, rasanya beliau netral dalam Pilpres 2024. Namun beliau dan keluarganya kan rakyat Indonesia yang mempunyai hak politik. Wajar jika Presiden mempunyai preferensi terhadap capres tertentu dan itu akan diikuti oleh sebagian besar pendukung beliau. Jika Koalisi Indonesia Bersatu mengusung capres tersebut, karena pilpres dan pileg berlangsung serentak, maka ketiga parpol ini berpotensi mendapatkan limpahan suara capres,” ujar Dradjad.

Bahkan, Dradjad menegaskan, Airlangga Hartarto (Ketum Golkar), Zulkifli Hasan (Ketum PAN, dan Suharso Monoarfa (Ketum PPP) sendiri juga berpotensi menjadi Capres atau Cawapres. Dengan berkoalisi, stok politik mereka otomatis naik, sehingga bisa saja koalisi nanti mengusung dua Ketumnya, di mana satu Ketum yang tidak maju akan diberi deal politik yang sangat bagus. Skenario ini bisa saja terjadi.

Dradjad mengatakan, koalisi PAN, Golkar dan PPP akan memberi efek elektoral yang besar bagi ketiga parpol. Efek elektoral ini tinggal dimaksimalkan oleh para kader, terutama para calegnya. Apalagi, segmen pemilih ketiga parpol ini sangat berbeda.

“Dari sisi internal PAN, saya melihat kesepakatan koalisi ini adalah booster yang bisa menaikkan elektabilitas para Caleg PAN di dapil masing-masing,” pungkas Dradjad.(faz/iss)

Berita Terkait

Surabaya
Jumat, 22 November 2024
31o
Kurs