Sabtu, 23 November 2024

Eri Cahyadi Sebut Hubungan Kaum Nasionalis dan Santri Tidak Terpisahkan

Laporan oleh Muchlis Fadjarudin
Bagikan
eri-cahyadi-mencangkul Eri Cahyadi Wali Kota Surabaya saat mencangkul tanah untuk menanam Pohon Mahoni bersama PDIP Surabaya, Minggu (23/1/2022). Foto: Istimewa

Dalam perjalanan sejarah, hubungan kaum nasionalis dan kaum santri ibarat dua sisi dalam satu keping mata uang yang tidak terpisahkan. Nasionalis dan santri, santri dan nasionalis menyatu dalam setiap perjuangan bangsa ini.

Hal ini disampaikan Eri Cahyadi Wali Kota Surabaya saat dialog PDI Perjuangan memperingati hari lahir (Harlah) Nahdlatul Ulama (NU) ke-96, Sabtu (12/2/2022).

“Saya betul-betul merasakan bagaimana partai ini memiliki kedekatan dengan kalangan santri, kalangan kiai, jamaah dan jamiyah dari Nahdlatul Ulama. Di PDI Perjuangan kami juga diajarkan untuk mengambil tanggung jawab dalam memberdayakan umat melalui program-program kerakyatan yang sasarannya didalamnya juga ada para nahdliyin,” kata  Eri.

“Di awal berdirinya Republik, Bung Karno bertanya tentang hukum membela negara bagi umat Islam kepada K.H. Hasyim Asyari, yang lalu beliau menjawab, dengan tegas Mbah Hasyim Asyari menyatakan bahwa perjuangan membela tanah air adalah bagian dari jihad fisabilillaah,” tegas Eri.

Eri Cahyadi Wali Kota Surabaya saat dialog PDI Perjuangan memperingati hari lahir (Harlah) Nahdlatul Ulama (NU) ke-96, Sabtu (12/2/2022). Foto: Istimewa

Sementara itu, masih di acara yang sama, Mochamad Nur Arifin Bupati Trenggalek mengatakan peringatan ini bukan kebetulan saja.

“Bukanlah sekedar peristiwa politik tetapi kepada penguatan sejarah, dimana di setiap kesempatan Bung Karno selalu mengatakan bahwa beliau mengidolai Rasulullah Muhammad SAW, dimana revolusi Muhammad adalah summing up of many revolution in one big revolution. Revolusi di segala sisi yang merubah peradaban dunia dari jaman jahiliyah menuju jaman Islam yang terang benderang,” kata Bupati Arifin.

“Saya sebagai kader PDI Perjuangan dan besar dalam keluarga NU, menyadari sepenuhnya bahwa nasionalisme adalah buah dari relijiusitas,” tambahnya.

Tunisia Zuhairi Misrawi Kader PDIP yang kini menjadi Duta Besar RI untuk juga ikut hadir dalam dialog.

“NU memiliki peran signifikan di dunia Islam dan di pentas internasional. Misi NU bagaimana mengangkat harkat dan martabat manusia,” kata Zuhairi.

Zuhairi menyebutkan dalam berbagai kesempatan Bung Karno menyatakan dirinya memiliki hubungan kokoh dengan para ulama. Bung Karno mengatakan dirinya sebagaimana NU sama-sama meyakini Tuhan, memiliki visi kebangsaan dan memperjuangkan keadilan sosial.

Gus Mis, sapaan akrab Zuhairi, mengatakan dirinya bersama Kedubes RI di Tunisia sedang menerjemahkan berbagai buku tentang Bung Karno dan kaitannya dengan Islam dan NU ke bahasa Arab.

Masih dalam dialog yang sama, Nasyirul Falah Amru Sekretaris Umum Baitul Muslimin Indonesia (Bamusi) menilai NU dan PDIP memiliki garis perjuangan sama mengenai kesejahteraan masyarakat. NU memikirkan umat, sedangkan PDIP menjadikan wong cilik sebagai arus perjuangan.

“Jadi saya pikir NU dengan PDIP, nasionalis-religius dalam konteks ini, ya, sama-sama bagaimana manusia itu dimanusiakan dan dalam hal ini masih banyak kaum yang termarginalkan,” jelasnya.

Pria yang akrab disapa Gus Falah itu juga menyampaikan Bung Karno sebagai rujukan pergerakan PDIP sangat menghargai dan mencintai ulama sama halnya dengan NU. Dia mencontohkan Bung Karno tak pernah lupa sowan ke ulama ketika berkunjung ke daerah-daerah.(faz/iss)

Berita Terkait

Surabaya
Sabtu, 23 November 2024
34o
Kurs