Jumat, 22 November 2024

Ketuk Pintu Warga Afghanistan, Taliban Minta Mereka Kembali Bekerja

Laporan oleh Agustina Suminar
Bagikan
Anggota pasukan Taliban duduk di sebuah pos pemeriksaan di Kabul, Afghanistan (17/8/2021). Foto: Reuters/Stringer

Anggota-anggota Taliban yang bersenjata mengetuki pintu di kota-kota di seluruh Afghanistan pada Rabu (18/8/2021) untuk meminta warga Afghanistan yang ketakutan kembali bekerja.

Menurut saksi, seperti dikutip Reuters, dilansir Antara, Kamis (19/8/2021), Taliban ingin menghidupkan kembali ekonomi negara yang hancur.

Kehancuran yang meluas selama perang 20 tahun antara pasukan pemerintah yang didukung Amerika Serikat dan Taliban, membuat nilai mata uang jatuh, serta kurangnya persediaan dolar sehingga memicu krisis ekonomi.

Dalam konferensi pers pertama Taliban sejak kelompok itu merebut Ibu Kota Kabul, Selasa (17/8/2021), Taliban menjanjikan perdamaian, kemakmuran, dan tampaknya akan meninggalkan aturan sebelumnya yang melarang perempuan bekerja.

Tetapi warga Afghanistan tetap waspada. Wasima (38 tahun) misalnya, dia mengaku terkejut ketika tiga anggota Taliban yang memegang senjata mengunjungi rumahnya di kota barat, Herat, Rabu pagi.

Taliban menanyai Wasima tentang pekerjaan dari gaji yang diterimanya dari sebuah organisasi bantuan, kemudian menyuruhnya untuk kembali bekerja.

Sebanyak 12 orang lain mengatakan, ada kunjungan mendadak dari Taliban dalam 24 jam terakhir. Mulai dari Ibu Kota Kabul sampai ke Lashkar Gah di selatan dan Mazar-i-Sharif di utara.

Selain mendorong orang untuk bekerja, warga merasa bahwa pemeriksaan itu dirancang untuk mengintimidasi dan menanamkan rasa takut pada kepemimpinan baru.

Seorang juru bicara Taliban belum menanggapi permintaan komentar soal kunjungan itu. Banyak tempat usaha di Kabul tetap tutup dan sebagian besar kota telah ditinggalkan.

Satu-satunya lalu lintas utama di ibu kota yang padat adalah di bandara, tempat orang-orang mencoba melarikan diri dengan penerbangan evakuasi diplomatik.

Tujuh belas orang terluka di bandara karena Taliban melepaskan tembakan ke udara untuk membubarkan massa.

Pada konferensi pers hari Selasa, Zabihullah Mujahid juru bicara Taliban mengatakan, Taliban sedang mencari hubungan baik dengan negara-negara lain untuk memungkinkan kebangkitan ekonomi dan kemakmuran untuk keluar dari krisis.

Tetapi, beberapa orang bersikap ragu. Selama berkuasa di Afghanistan dari 1996-2001, Taliban melarang perempuan bekerja dan anak perempuan bersekolah, serta memberlakukan hukuman seperti rajam di depan umum.

Shabnam Dawran seorang Penyiar mengatakan dalam sebuah video yang diunggah di Twitter Rabu (18/8/2021) lalu, dia dipecat dari pekerjaannya di Radio Televisi Afghanistan milik negara.

“Mereka mengatakan kepada saya bahwa rezim telah berubah. Anda tidak diizinkan bekerja. Pulanglah,” katanya menyitir pernyataan pimpinannya.

Taliban dan organisasi berita itu belum mengomentari peristiwa itu.

Wasima, yang menyaksikan konferensi pers Taliban dengan kedua putrinya mengatakan, dia khawatir peluang bagi perempuan akan berkurang di bawah Taliban. Bahkan, ketika mereka sekarang mendesaknya kembali bekerja.

“Taliban mengatakan perempuan harus bekerja tetapi saya tahu pasti bahwa peluangnya (pasti, red) akan berkurang,” katanya.(ant/tin/den)

Berita Terkait

Surabaya
Jumat, 22 November 2024
31o
Kurs