Fadel Muhammad Wakil Ketua MPR RI mengatakan sebagai bangsa Indonesia, seluruh rakyatnya harus bangga memiliki Empat Pilar MPR RI yaitu Pancasila, UUD NRI Tahun 1945, NKRI, dan Bhinneka Tunggal Ika.
Keempat pilar tersebut merupakan nilai luhur bangsa yang menjaga bangsa ini tetap utuh. Namun, peran Empat Pilar akan sangat maksimal dirasakan dampaknya jika masyarakat Indonesia memiliki komitmen kuat untuk menjadikannya sebagai pegangan hidup dalam menjalankan kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara.
Hal tersebut dikatakan Fadel, dalam acara Sosialisasi Empat Pilar MPR kerja sama MPR dengan Ikatan Pengemudi Bentor (IPB) Gorontalo, di Aula Meranti Indah, Desa Tamboo, Kecamatan Tilongkabila, Kabupaten Bone Bolango, Gorontalo, Jumat (29/10/2021).
Hadir dalam acara tersebut, Rahmijati Jahjavanggota MPR dari Kelompok DPD RI, Iwan Abdulatif Presiden IPB dan para pengemudi bentor sebagai peserta.
Kepada para peserta pengemudi bentor, Fadel Muhammad menjelaskan mengapa Empat Pilar menjadi begitu penting buat rakyat Indonesia.
“Pertama Pancasila. Pancasila adalah dasar dan ideologi negara yang berperan sebagai pedoman hidup bangsa. Kedua, UUD NKRI Tahun 1945 adalah konstitusi negara yang di dalamnya tercantum pasal-pasal aturan dalam menjalani kehidupan sebagai warga negara Indonesia. UUD juga menjadi pedoman dalam membuat peraturan perundang-undangan. Setiap UU yang dibuat mesti sesuai dan tidak bertentangan dengan UUD,” ujarnya.
Ketiga, Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI). Seluruh rakyat Indonesia bersatu dalam satu wadah negara bernama Republik Indonesia.
Terkait NKRI, Fadel Muhammad mengungkapkan bahwa masyarakat Gorontalo memiliki kebanggaan tersendiri karena memiliki seorang pahlawan nasional asli putra daerah bernama Nani Wartabone.
Semasa hidup, ia berorganisasi dan berjuang melawan kolonialisme di daerahnya pada masa perjuangan kemerdekaan.
Karena dedikasi dan kontribusinya bagi perjuangan kemerdekaan Indonesia di Gorontalo, Nani Wartabone mendapat julukan sebagai Petani Pejuang dan dianugerahi gelar adat Pulanga, ‘Talo Duluwa Lo Lipu’ yang berarti Sang Pembela Negeri.
Pada tanggal 23 Januari 1942, ia memimpin masyarakat Gorontalo bertempur dan berhasil memporak-porandakan pasukan penjajah Belanda.
Saat itu juga, Nani atas nama rakyat langsung memproklamirkan kemerdekaan Gorontalo. Hari itu dikenang sebagai Hari Patritotik.
“Namun, begitu mendengar Bung Karno membacakan teks Proklamasi Kemerdekaan Indonesia tanggal 17 Agustus 1945, tanpa ragu Nani dan pasukannya serta rakyat Gorontalo menyatakan bergabung dengan Indonesia. Itulah bentuk cinta pahlawan kebanggaan Gorontalo ini kepada Indonesia yang harus diteladani kita semua,” tambahnya.
Keempat, Bhinneka Tunggal Ika, semboyan bangsa Indonesia yang bermakna, meskipun berbeda-beda tetapi pada hakikatnya bangsa Indonesia tetap satu kesatuan. Semboyan ini mempersatukan rakyat Indonesia yang sangat beragam mulai dari suku, agama, bahasa, kepercayaan, adat istiadat dan lainnya.
“Itulah Empat Pilar. Nilai-nilai luhur bangsa yang harus tetap kita pegang sampai kapan pun agar NKRI ini tetap ada tidak terpecah belah,” tegasnya.
Dalam kesempatan yang sama, Iwan Abdulatief Ketua IPB menegaskan bahwa bagi pengemudi bentor, pemahaman Pancasila yang ada dalam Empat Pilar sudah bukan masalah lagi.
“Pancasila bagi kami adalah harga mati. Sebisa mungkin nilai-nilai yang ada di dalamnya akan kami terapkan dengan benar di kehidupan sehari-hari kami,” ujarnya.
Tapi, lanjut Iwan, yang perlu diperhatikan adalah implementasi Pancasila kepada rakyat kecil seperti para pengemudi bentor terutama sila Keadilan Sosial Bagi Seluruh Rakyat Indonesia.
Keadilan untuk semua bidang seperti ekonomi, kesehatan, hukum, politik dan lain lain. “Saya harap kita semua berupaya keras agar Empat Pilar ini difokuskan di sisi penerapannya di lapangan, agar terasa dampaknya buat rakyat secara keseluruhan,” katanya.(rid/dfn/ipg)