Haji Masnuh Ketua Tim Pemenangan Kelana Aprilianto-Dwi Astutik Paslon Pilkada Sidoarjo merespons penyataan M Zainal Abidin Mantan Ketua KPU Sidoarjo bahwa orang Nahdlatul Ulama (NU) yang tidak mendukung Calon PKB sudah khianat.
Ketua KPU Sidoarjo periode 2014-2019 itu terindikasi mendukung Ahmad Muhdlor-Subandi yang diusung PKB di Pilkada Kabupaten Sidoarjo 2020. Haji Masnuh Ketua Tim Kelana-Astutik menegaskan, pernyataan Zainal salah besar.
“Ini nanti kalau warga NU yang dikatakan khianat misalnya sampai emosional, malah akan menjadi dilema bagi orang yang mengatakan itu,” kata Masnuh, Senin (26/10/2020). “Karena seharusnya PKB yang nurut NU. Ini kebalik.”
Masnuh mengatakan, pernyataan Zainal Abidin itu sangat berbanding terbalik dengan apa yang seringkali disampaikan Almarhum Kiai Hasyim Muzadi tokoh NU dalam berbagai kesempatan pengajian, bahwa kader PKB harus mengikuti NU.
“Jadi sekali lagi ini, kan, kebalik. Apalagi sampai mengatakan pengkhianat. Wah, kata-kata khianat itu terlalu dalam, ya,” kata Masnuh dalam keterangan tertulis yang diterima suarasurabaya.net.
Pernyataan serius Zainal Abidin itu, kata Masnuh, berpotensi melukai hati Nahdliyin (warga NU). Apalagi, menurutnya, di dalam NU tidak ada istilah khianat. Kalau ada yang melakukan kesalahan hendaknya bertabayun.
“Kalau sudah minta maaf, ya, sudah,” ujarnya.
Mantan Bendahara Umum PBNU itu bilang, beda pilihan dalam Pilkada bagi warga NU adalah hal biasa. Menurutnya, NU tidak ke mana-mana, tapi berada di mana-mana. Sehingga wajar kalau beda pilihan. Termasuk di Pilbup Sidoarjo.
Karena itu, menurutnya, sesama NU seharusnya tidak perlu sampai mengatakan berkhianat kalau tidak mendukung Paslon tertentu. Apalagi, kata orang dekat Almarhum Gus Dur itu, Zainal adalah mantan Ketua KPU Sidoarjo.
“Dia ngomong begitu. Dia itu, kan, mantan Ketua KPU Sidoarjo yang harusnya hapal aturan-aturan Pilkada yang harus diterapkan,” katanya. “Mudah-mudahan tidak ada gejala apa-apa dari orang NU yang dikatakan khianat itu.”
Tri Pujiati alias Fitri kader Muslimat NU Kecamatan Krian telah melaporkan Zainal ke Panitia Pengawas Kecamatan (Panwascam) pada Kamis (23/10/2020) lalu karena dinilai mencederai dan menyakiti hati warga NU.
Masnuh bilang, kalau Muslimat NU di level kecamatan sampai sudah mengadukan yang bersangkutan ke Panwas, hal itu merupakan salah satu bukti bahwa pernyataan Zainal itu serius dan melukai hati.
“Nah, ini adalah bentuk kepedulian mereka (Muslimat NU Kecamatan) yang sudah jelas bisa kita nilai. Jadi mereka sendiri sebenarnya serius dan yakin bisa menentukan pilihannya sendiri,” terang Masnuh.
Masnuh mengatakan, lazimnya, Zainal perlu meminta maaf kepada warga NU yang mungkin saja tersinggung dengan pernyataannya. Namun, dia berharap kepada warga NU tidak perlu memperdebatkan lagi hal itu.
H Ahmad Khoiri Pengarah Tim Bintang Sembilan Berkelas menyampaikan hal senada. Menurutnya orang NU yang tidak mendukung calon dari PKB bukan pengkhianat. “Kalau seperti itu kan banyak yang dikategorikan pengkhianat,” ujarnya.
Kiai asal Tulangan Sidoarjo itu berpendapat, NU bukanlah partai dan NU berbeda dengan partai yang mungkin berafiliasi kepada NU. Apalagi, kata dia, di daerah lain banyak kader NU yang berangkat dengan partai berbeda.
Kiai Khoiri mengatakan, seharusnya hal-hal seperti itu tidak selayaknya menjadi persoalan. “Karena NU sama partai itu beda,” ujarnya.
Dia bilang, cukup banyak contoh konkret dalam kontestasi politik di daerah lain. Misalnya calon Bupati di Gresik yang merupakan kader PKB yang malah lari dari PKB kemudian mencalonkan dirinya melalui PDI Perjuangan.
“Kita sebagai NU itu ada di mana-mana. Enggak ada masalah, yang penting kita lewat dari mana pun, siapa yang jadi, mereka tetap kader NU,” ujarnya.
Dia contohkan lagi pada Pilgub 2018 lalu. Saat itu sesama kader NU bersaing menduduki tampuk kepemimpinan di Jatim. Gus Ipul dan Khofifah Indar Parawansa adalah kader NU tulen. Hanya saja mereka maju dengan partai berbeda.
“Nah, kemudian Bu Khofifah yang jadi. Apa Bu Khofifah itu pengkhianat? Ya, endak lah,” tegasnya.(den/iss/ipg)