Mukhamad Misbakhun anggota Komisi XI DPR mengingatkan Bank Indonesia (BI), Otoritas Jasa Keuangan (OJK) dan pelaku sektor industri finansial mencermati dampak penyebaran virus corona yang mengglobal. Menurutnya, penyebaran virus asal Tiongkok itu telah berimbas pada perekonomian nasional yang efek turunannya di setiap daerah bisa berbeda-beda.
“Ini adalah wake up call bagi kita semua, alarm awal bagi kita. Kalau kita bisa tangani dan antisipasi, diperbaiki dengan baik, tetapi misalnya ini jadi masalah berlanjut, harus disiapkan contingency plan,” ujar Misbakhun dalam audiensi dengan jajaran Kantor Perwakilan Bank Indonesia (KPBI) dan Otoritas Jasa Keuangan (OJK) Daerah Istimewa Yogakarta (DIY) dalam rangka kunjungan kerja (kunker) Komisi XI DPR di Jogja, Jumat (28/2/2020).
Legislator Partai Golkar itu menjelaskan, efek penyebaran virus corona membuat rupiah terdepresiasi sehingga nilai tukar dolar AS (USD) sudah di kisaran Rp 14.200. Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) yang pada akhir 2019 masih di atas level 6.000, belakangan sempat merosot ke kisaran 5.200.
Misbakhun menegaskan, IHSG dan kurs rupiah merupakan dua indikator utama perekonomian.
“Kalau yang terserang dua unsur indikator perekonomian Indonesia yaitu nilai tukar dan IHSG, saya yakin akan berpengaruh secara psikologis ke perekonomian kita secara umum lalu berlanjut ke sektor-sektor fundamental lainnya,” kata dia.
Oleh karena itu, mantan pegawai Kementerian Keuangan tersebut menegaskan, harus ada kebijakan tepat untuk mengantisipasi efek penyebaran virus corona.
“Kalau itu salah penanganan, ini bisa membuat situasi makin buruk,” kata Misbakhun.
Dia juga mengatakan, Indonesia memiliki banyak daerah dengan karakteristik masing-masing. Menurutnya, antisipasi atas efek penyebaran virus corona juga harus memperhatikan karakter wilayah. Politikus asal Pasuruan, Jawa Timur itu lantas mencontohkan Yogyakarta.
Mengutip data BI, Misbakhun mengatakan bahwa 55 persen perekonomian Yogyakarta ditopang oleh pariwisata. Namun, Misbakhun memperkirakan penyebaran virus corona juga akan berimbas terhadap pariwisata Yogyakarta. Oleh karena itu, katanya, hal-hal yang berpotensi mengganggu penopang perekonomian Yogyakarta harus diantisipasi.
“Tantangannya ke depan, virus corona pastinya akan memberikan dampak. Jadi menguatkan Jogja ini harus terus menarik wisata domestik, lokal Nusantara,” ujar dia.
Misbakhun menyoroti komentar-komentar di media terutama dari kalangan birokrat yang berpotensi membuat kondisi perekonomian bertambah buruk. Menurutnya, pasar yang sedang panik dan menghadapi tekanan tidak semestinya ditimpali komentar-komentar yang membuat situasi bertambah buruk.
“Para birokratnya, komentarnya atau statement di publik tidak memberikan suasana dan situasi tenang malah bikin situasi semakin memburuk. Seharusnya memberikan sinyal-sinyal positif,” tegas Misbakhun.(faz/iss/ipg)