Jelang debat publik perdana Pilwali Surabaya 2020, Rabu (4/11/2020) besok, Eri Cahyadi Calon Wali Kota Surabaya nomor urut 1 meminta doa restu kepada mantan guru dan temanya semasa sekolah SD, SMP dan SMA.
Reuni yang digelar di sebuah rumah makan di Jalan Musi itu, diikuti oleh puluhan orang perwakilan mantan guru dan teman semasa sekolah Eri Cahyadi di bangku SD Ketintang 3, SMP 21 dan SMA 21 Surabaya.
Setelah memberikan sambutan kepada teman-temannya di SD, SMP dan SMA, Eri minta doakan oleh gurunya. Saat lantunan doa dibacakan oleh pensiunan guru, Eri pun terlihat matanya berkaca-kaca.
“Ya Allah dengan ridho Mu, kami Bapak Ibu guru SDN 3 Ketintang, SMPN 21, dan SMAN 21 mengizinkan dan merestui Pak Eri menjadi Wali Kota Surabaya,” kata perwakilan pensiunan guru SMPN 21 Surabaya.
“Semata-mata hanya dengan Ridho-Mu pula, semoga jalan Nak Eri menjadi Wali Kota Surabaya tidak ada halangan apa pun,” lanjut Guru tersebut.
Setelah itu, perwakilan guru dan teman semasa sekolah Eri Cahyadi terlihat mengamini doa pensiunan guru tersebut.
Setelah acara usai, Eri mengungkapkan, seorang guru itu ibarat sosok orang tua yang tidak bisa tergantikan perannya.
“Sosok guru itu adalah orang tua yang tidak mungkin tergantikan oleh siapapun. Karena saya bisa berdiri di sini, saya bisa menjabat di Pemerintah Kota itu semuanya karena guru saya. Tadi saya minta doanya, saya minta ridhonya. Karena saya yakin orang tua saya selain di rumah, ada di sekolah,” ungkap Eri Cahyadi.
Eri pun mengungkapkan, ketika dirinya sempat mengusap air mata saat didoakan mantan gurunya. Dirinya teringat peran orang tua dan gurunya dulu memiliki peran yang sangat penting dalam meniti karirnya di Surabaya.
“Tapi sekarang beliau hadir mendoakan saya, memberikan dorongan saya dan itu membuat saya mengatakan kasih guru itu, kasih guru sangat tulus dan tiada batas, guru ini pahlawan tanpa tanda jasa,” lanjut Eri.
“Saya menjadi seperti ini dan siapapun yang berhasil tidak lepas dari tangan orang tuanya dan tangan seorang guru. Tadi saja menitikkan air mata, saya betul-betul meminta doanya dan minta maaf kalau saya ini salah. Karena bagaimanpun doanya beliau-beliau itu mustajabah di dunia ini,” lanjut Eri Cahyadi.
Eri pun mengaku sempat mendapatkan pesan dari pensiunan guru semasa sekolah dulu, jika dirinya tetap menjadi sosok yang tetap rendah hati dan tetap santun.
“Beliau mengatakan Mas Eri harus tetap menjadi yang dulu dan sekarang. Beliau mengatakan mas Eri adalah rendah hati. Saya pun demikian, saya berharap kepada Bapak Ibu guru untuk menganggap saya seperti putranya, bukan pejabat. Sehingga, sampai kapan pun, bahkan ketika nanti saya diijabah sebagai Wali Kota, saya minta dipanggil sebagai Erik atau Nak saja,” tandas Eri.
Suasana temu mantan guru dan teman semasa sekolah tiga jenjang itu semakin menghangat. Mereka terlihat saling mengingat ingat waktu-waktu semasa sekolah. Tegur sama dan canda gurau pun terjadi dalam momen itu.
Sementara itu, Supriyoko salah satu pensiunan Guru SMPN 21 yang pernah menjadi wali kelas Eri Cahyadi mengaku ingat betul anak didiknya itu semasa sekolah memiliki solidaritas tinggi sesama temannya.
“Solidaritasnya terhadap temannya yang kebetulan kurang mampu, dia tidak segan-segan membantu. Nah ini yang saya sukai. Jadi sudah mulai kecil. Jadi saat saya menjadi wali kelasnya dulu, sifat gotong royong dan peduli terhadap teman yang kurang mampu sangat diperhatikan, jadi jiwa sosialnya sudah mulai tertanam,” kata Supriyoko.
Supriyoko pun berharap kepada Eri Cahyadi, jika terpilih menjadi Wali Kota Surabaya menjadi pemimpin yang jujur dan amanah seperti Ibu Risma.
“Saya berharap Eri Cahyadi jika terpilih Wali Kota nanti, jadi pemimpin yang jujur dan amanah seperti Bu Risma,” katanya. (bid/iss)