Jumat, 22 November 2024

Dituding Mecah Belah, Kubu MA-Mujiaman Minta PDIP Introspeksi Internal

Laporan oleh Zumrotul Abidin
Bagikan
Eri Cahyadi saat berjalan dengan Djarot Saiful Hidayat Ketua Bidang Kaderisasi DPP PDI Perjuangan di Taman Harmoni Keputih Surabaya. Foto: Abidin suarasurabaya.net

Imam Syafi’i Direktur Komunikasi dan Media Tim Pemenangan Machfud Arifin-Mujiaman Sukirno, menanggapi pernyataan Djarot Saiful Hidayat Ketua DPP PDI Perjuangan, yang menuding lawannya di Pilkada Surabaya 2020 menerapkan politik pemecah belah ala kolonial. Imam malah heran jika pengurus PDI Perjuangan merasa partainya bisa dipecah belah, apalagi partai penguasa saat ini.

“Justru kita bertanya PDIP ini kan partai besar, partai penguasa, partai yang sudah bertahun-tahun, sudah biasa ditekan sama pemerintah Orde Baru. Harusnya soliditasnya sangat kuat. Mana mungkin Pak MA, Pak Mujiaman, bisa melakukan intervensi untuk memecah-belah mereka,” kata Imam dikonfirmasi Kamis (19/11/2020).

Imam mengingatkan, ketika ada permasalahan di internal PDIP, harusnya Djarot bisa lebih bisa mencari penyebab permasalahan tersebut. Jangan malah menyalahkan pihak lain. “Menurut saya lebih baik introspeksi. Kalau ada api di dalam, jangan kemudian menyalahkan tetangga. Lihat api itu asalnya dari mana gitu,” ujar Imam.

Djarot menuding pasangan MA-Mujiaman menerapkan politik memecah belah setelah merapatnya Jagad Hariseno putra almarhum Soetjipto ke kubu lawan. Tapi menurut Imam, Jagad Hariseno merapat ke kubu MA-Mujiaman didasari pertimbangan dan pemikiran panjang. Imam hanya menegaskan, pihaknya tidak pernah memaksa atau membujuk Jagad Hariseno untuk merapat ke kubu MA-Mujiaman.

“Mas Seno Saya yakin kader PDIP 24 karat paham betul langkah-langkahnya itu kan pasti sudah didasari pertimbangan masuk akal dan pemikiran yang panjang sebelum menyatakan mendukung Pak MA. Kita tidak pernah memaksa, membujuk-bujuk, apalagi sampai melakukan politik pecah belah,” ujar Imam.

Sebelumnya, Djarot Saiful Hidayat Ketua DPP PDI Perjuangan, menyatakan kesiapan melawan adanya strategi pecah belah pada Pilkada Surabaya. Ia menilai strategi pecah belah disuarakan kubu lawan dengan tujuan melemahkan dukungan terhadap pasangan calon Eri Cahyadi-Armudji. Menurutnya, strategi yang dipakai adalah memecah belah, termasuk mendekati Jagad Hariseno putra sulung almarhum mantan sekjen DPP PDI Perjuangan Soetjipto (Pak Tjip).

“Politik pemecah belah selama masa kolonial selalu dilawan oleh seluruh anak bangsa, termasuk NU, Muhammadiyah, dan PNI saat itu. Jadi rasanya kurang elok kalau tim Machfud-Mujiaman menjalankan politik adu domba, termasuk apa yang dilakukan oleh Mat Mochtar. Sebab itu cara kolonial yang ditentang arek-arek Surabaya,” katanya.(bid/tin)

Berita Terkait

Surabaya
Jumat, 22 November 2024
31o
Kurs