Bangsa Indonesia pasca reformasi seperti mengalami anti klimaks, sehingga tidak ada lagi narasi besar yang menjadi energi untuk mendorong capaian-capaian besar. Bangsa Indonesia saat ini terjebak dalam pusaran konflik yang tak punya arah.
Tujuan bernegara yang telah dipancangkan oleh para pendiri bangsa (founding fathers) dan amanat UUD 1945 juga sudah jarang terdengar dibicarakan oleh para elit, apalagi rakyat.
Hal ini diperparah adanya kecenderungan para pemimpin sekarang yang membawa paradigma konflik gaya lama ke tengah-tengah masyarakat. Akibatnya, menciptakan polarisasi rakyat dan membuat masyarakat terbelah.
Demikian disampaikan Anis Matta Ketua Umum Partai Gelombang Rakyat (Gelora) Indonesia melihat realitas bangsa Indonesia akhir-akhir ini.
“Harusnya kita sudah bicara peran-peran global ditengah dunia yang sedang mencari alternatif jalan keluar dari krisis ini,” kata Anis Matta dalam keterangannya, Kamis (25/6/2020).
Bangsa Indonesia , menurut Anis, lebih banyak membicarakan perbedaan-perbedaan primordial, daripada membahas narasi narasi besar yang bisa melampaui semua perbedaan.
“Ini adalah situasi berbahaya bagi bangsa kita untuk mampu menghadapi dan menjawab tantangan krisis global, yang hampir pasti akan sangat mempengaruhi kehidupan berbangsa kita,” kata dia.
Dari realitas tersebut, maka diperlukan narasi Arah Baru Indonesia yang menghidupkan kembali spirit dan cita-cita, serta amanat para pendiri bangsa. Yakni satu-satunya obsesi besar menjadikan Indonesia lima besar kekuatan dunia.
“Agar hadir sejajar dengan bangsa-bangsa lain untuk ikut serta menjaga ketertiban dunia adalah amanat founding fathers yang harus kita tunaikan,” jelas Anis.
Obsesi ini sepintas dianggap sebagai utopia (khayalan) belaka di tengah situasi krisis saat ini. Namun , bangsa Indonesia tidak boleh kehilangan mimpi akan masa depannya dan cita-cita menjadi kekuatan lima besar dunia. Hal ini, kata Anis Matta, harus dijadikan obsesi di kepala seluruh rakyat Indonesia.
“Menjadi kekuatan kelima dunia maknanya, adalah kita ingin Indonesia ini duduk satu meja dengan kekuatan global yang lainnya seperti Amerika Serikat, Rusia, Eropa dan China sebagai sebuah kekuatan global baru. Yang akan menciptakan keseimbangan dalam percaturan global,” pungkas Anis.(faz/tin/ipg)