Dewan Pimpinan Pusat Partai Demokrasi Indonesia (PDI) Perjuangan telah memutuskan, Ketua Dewan Pimpinan Cabang PDI Perjuangan Surabaya kini dijabat Adi Sutarwijono, bukan oleh Whisnu Sakti Buana lagi.
Keputusan dalam Surat Khusus yang ditandangani Megawati Soekarnoputri Ketua Umum PDI Perjuangan, yang dibacakan saat Konferensi Cabang (Konfercab) di Surabaya, itu menimbulkan respons pro dan kontra dari kader di tingkat anak cabang.
Sejumlah kader PDI Perjuangan yang tergabung dalam sejumlah Pimpinan Anak Cabang (PAC) di Surabaya akhirnya menyatakan persetujuan terhadap apa yang menjadi keputusan Ketua Umum PDI Perjuangan. Sejumlah lainnya menolak.
Padahal, pada kesempatan Rapat Kerja Cabang (Rakercab) yang berlangsung sebelum digelarnya Konfercab di Empire Palace Surabaya, Minggu (7/7/2019), mereka satu suara mengusulkan Whisnu Sakti Buana menjadi Ketua DPC.
Kusnadi Ketua Dewan Pimpinan Daerah (DPD) PDI Perjuangan Jawa Timur mengatakan, respons pro dan kontra atas keputusan ketua umum partai adalah hal wajar dalam sebuah organisasi politik. Karena di dalam partai ada banyak orang dengan banyak kepentingan.
“Ini, kan, bukan forum pengajian. Ini forum organisasi sosial, apalagi ini organisasi politik yang penuh kepentingan,” kata Kusnadi yang juga legislator, saat ditemui di ruangannya, di Gedung DPRD Provinsi Jawa Timur, Senin (8/7/2019).
Dia mengatakan, pada Konfercab yang digelar di Zona 1 Surabaya, kemarin, memang terjadi ketidakpuasan dari sejumlah besar kader yang sejak awal mengusulkan Whisnu kembali menjadi Ketua DPC.
Hal serupa, kata Kusnadi, juga terjadi di Konfercab PDI Perjuangan Bojonegoro. Sementara Konfercab di daerah lain, kecuali Banyuwangi yang memang belum ada keputusan dari DPP, seluruhnya berjalan lancar.
“Saya ingin membandingkan Konfercab yang serentak untuk 38 kabupaten/kota, kemarin, dengan Konfercab yang terjadi tahun lalu. Kemarin itu yang terjadi ketidakpuasan hanya di Surabaya dan Bojonegoro, tahun lalu ada lima,” katanya.
Maka Kusnadi, sebagai Ketua DPD PDI Perjuangan Jatim justru mengaku bergembira dengan apa yang terjadi pada Konfercab serentak di Jawa Timur yang dibagi menjadi tiga zona, kemarin.
“Dulu ada lima kabupaten/kota yang tertunda. Ada yang namanya Lamongan, Jember, dan lainnya, saya lupa, tapi ada lima. Dibandingkan sekarang cuman dua yang protes, itu sudah satu kemajuan yang luar biasa. Artinya, tingkat kedewasaan politik bagi pengurus PDI Perjuangan sampai pada tingkatan anak cabang sudah bagus,” ujarnya.
Mengenai Konfercab Surabaya dan Bojonegoro yang masih terjadi protes karena ada sejumlah kader yang tidak puas dengan keputusan DPP, dia mengakui hal itu juga menjadi tanggung jawabnya sebagai ketua partai di tingkat Jawa Timur.
“Saya belum paripurna memberikan pemahaman kepada dua wilayah itu (Surabaya dan Bojonegoro), bagaimana seharusnya, dan bagaimana berpartai dengan benar, sehingga semua itu (protes dan ketidakpuasan) terjadi,” ujarnya.
Secara umum dia berpendapat, pelaksanaan Konfercab secara serentak di lebih dari 500 kabupaten/kota di Indonesia dalam satu periode yang telah diatur oleh DPP PDI Perjuangan, menurutnya adalah hal yang sangat luar biasa.
“Secara umum sudah selesai, menurut saya itu yang luar biasa. DPP luar biasa. Kalau kemudian terjadi protes, itu resiko orang berorganisasi. Prinsipnya (di PDI Perjuangan,red) pada saat pemimpin organisasi memerintah, kita jalan,” katanya.(den/iss)