Bambang Soesatyo Ketua DPR RI bersyukur jumlah anak muda Indonesia, khususnya milenial, sangat melimpah. Tidak seperti Jepang maupun negara besar lainnya yang saat ini tengah dihadapi penurunan populasi, Indonesia justru memiliki bonus demografi lantaran jumlah penduduk usia produktif dengan rentang usia 15-64 tahun sebanyak 183,36 juta (68 persen), lebih besar dibanding usia tidak produktif.
“Dari proyeksi penduduk Indonesia yang disampaikan Badan Pusat Statistik, diperkirakan tahun 2019 ini populasi penduduk Indonesia mencapai 268 juta jiwa. Hampir seperlimanya, sebanyak 23,77 persen adalah milenial dengan rentang usia 20-34 tahun. Pada Pemilu 2019 lalu, dari sekitar 192 juta daftar pemilih tetap, 103,751 juta diantaranya adalah kalangan milenial. Ini menunjukan bahwa milenial punya pengaruh besar terhadap republik ini,” ujar Bamsoet saat menjadi tuan rumah Halal Bihalal dengan Golkar Milenial di Rumah Dinas Ketua DPR RI, Jakarta.
Bendahara Umum DPP Partai Golkar periode 2014-2016 ini menjelaskan, jika saat ini milenial Golkar di lingkungan masing-masing, baik lingkungan kerja, lingkungan bisnis, maupun lingkungan sosial, telah melakukan sesuatu untuk perbaikan dan kemajuan, maka kini saatnya milenial Golkar berbuat sesuatu untuk kemajuan Golkar. Jadikan Golkar sebagai medan perjuangan untuk meraih cita-cita dan tujuan nasional, menuangkan ide dan gagasan kreatif tentang politik, tentang demokrasi, tentang kemajuan bangsa dan negara.
“Jika kalian sepakat dengan saya, maka mulai saat ini marilah kita berjuang bersama-sama untuk membesarkan dan memajukan Partai Golkar. Menatap masa depan dengan karya-karya kreatif dan inovatif untuk kemajuan bangsa dan negara,” tegas Bamsoet.
Kepala Badan Bela Negara FKPPI ini juga mengingatkan, Pemilu 2019 telah berlalu, semua partai politik telah mendapatkan kursi sesuai dengan jerih payah dan kerja kerasnya dalam meraih simpati dan dukungan rakyat. Walaupun perolehan kursi Partai Golkar di DPR RI mengalami penurunan, tetapi itulah hasil maksimal yang dicapai. Dalam setiap perjuangan tentu ada hasil yang menggembirakan, namun ada juga yang kurang memuaskan. Disinilah perlu dilakukan evaluasi demi perbaikan ke depan.
“Salah satu evaluasi yang perlu dilakukan adalah kecilnya dukungan anak-anak muda terhadap Partai Golkar. Partai Golkar kurang diminati dan disukai oleh kaum milenial, dimana dukungan anak-anak muda milenial kurang dari 20 persen. Karenanya Partai Golkar harus melakukan transformasi dengan memberikan tempat yang luas bagi kaum milenial. Partai Golkar harus tahu dan mengerti aspirasi dan keinginan mereka. Partai Golkar harus masuk dan terjun dalam arus pusaran serta dinamika kaum milenial. Dan pada saatnya, harus berani mengatakan bahwa Partai Golkar adalah partainya kaum milenial,” tutur Bamsoet.
Bagi Wakil Ketua Umum Pemuda Pancasila ini, Partai Golkar partainya kaum millenial bukan hanya slogan. Tetapi harus secara sungguh-sungguh tercermin dalam visi, struktur serta program Partai Golkar ke depan. Termasuk bagaimana mengakomodir sebanyak mungkin kaum muda milenial dalam daftar caleg yang akan datang. Jika anak-anak muda milenial gandrung dengan teknologi informasi, akrab dengan dunia digital dan online, maka Partai Golkar juga harus menyatu dengan dunia kaum milenial.
Lebih jauh, dia menilai saat ini Partai Golkar masih jadul, kurang kreatif dan inovatif dalam memanfaatkan teknologi informasi. Website Partai Golkar sepi dari pengunjung, Medsos Partai Golkar kurang diminati, Partai Golkar tidak tampil secara masif di twitter, facebook, instagram dan media sosial lainnya. Karenanya, kaum milenial harus merombak tatanan Golkar yang jadul ini dengan tatanan baru yang modern dan progresif.
“Itulah harapan saya kepada kalian semua, generasi masa depan Partai Golkar. Jika Bung Karno mengatakan: Berikan aku 10 pemuda, niscaya akan kuguncangkan dunia. Maka saya juga ingin mengatakan: Berikan aku 10 milenial, niscaya akan kumenangkan Golkar pada Pemilu 2024,” pungkas Bamsoet. (faz/iss)