Rudiantara Menteri Komunikasi dan Informatika prihatin dengan maraknya hoaks. Terlebih di tahun politik seperti sekarang, di mana kabar bohong seputar Pemilu Serentak 2019 kian masif.
“Sejak Agustus 2018 hingga mendekati 17 April, makin meningkat. Tambah prihatin. 28 persen berita hoaks seputar Pemilu,” kata Rudiantara di Jakarta, seperti dilansir dalam laman kominfo.go.id.
Rudiantara menjelaskan, jumlah hoax terkait pemilu pada bulan Agustus 2018 sebanyak 25 hoaks, Desember naik tiga kali lipat menjadi 75 hoaks.
Sementara itu, pada bulan Januari naik tujuh kali lipat yaitu sebanyak 175, bulan Februari bertambah lagi sebanyak 353 hoaks (14 kali dari Desember).
“Penyebarannya di Twitter, Facebook dan Instagram. Yang paling banyak di media sosial lah,” ucap Menteri Rudiantara.
Rudiantara menyinggung kemungkinan ada pihak luar yang menjadi buzzer dan memposting sesuatu di media sosial untuk mengadu domba bangsa Indonesia.
Belum tentu kita itu orang Indonesia yang lakukan posting, bisa saja orang luar. “Ada yang namanya ghibah, fitnah, dan adu domba. Yang adu domba masa kita sama kita mau diadu-adu. Saya tidak menafikan ada kepentingan luar juga,” terang dia.
Rudiantara memaparkan ihwal penyebaran hoaks di platform Whatsapp, yang memiliki cara tersendiri. Biasanya, kata Rudiantara, postingan atau informasi yang didapatkan di media sosial lain, kemudian di capture dan disebarkan di Whatsapp.
“Jadi buat akun di media sosial kemudian posting, kemudian di screen capture fotonya diambil setelah itu akunnya ditutup sendiri, tapi viralnya lewat Whatsapp,” pungkasnya. (dwi)