Bambang DH mantan Wali Kota Surabaya periode 2002-2010 menilai rencana pembangunan moda transportasi massal antar daerah di Jatim ( Gerbangkertasusila) berupa Kereta Api harus diwujudkan. Hal ini sudah pernah dia sampaikan kepada Khofifah Indar Parawansa Gubernur Jatim.
“Moda transportasi antar daerah perlu untuk mengurangi kemacetan lalu lintas di darat yang semakin parah,” ujarnya, Senin (1/4/2019).
Bambang mengatakan, ketika ia menjabat Wali Kota Surabaya kala itu, pernah merintis rencana moda transportasi ini dengan menggandeng teknologi dari SNCF Perancis, perusahaan kereta api di Prancis dalam membuat studi.
Bambang juga mengaku telah membahas serius dengan Pemprov Jatim dan Kemenhub untuk mengembangkan angkutan kereta model elevated di wilayah Gerbangkertasusila (Gresik-Bangkalan-Mojokerto-Surabaya- Sidoarjo-Lamongan).
Untuk tahap pertama jalur yang siap dibangun waktu itu adalah Kandangan-Sidoarjo sepanjang 43 km dengan anggaran Rp 4,2 triliun. Kereta dipilih sebagai alternatif angkutan massal karena banyak kelebihan. Kecepatan tinggi, daya tampung banyak, dan bebas polusi.
“Sarana ini cocok diterapkan di wilayah yang dibelit masalah kemacetan lalulintas, termasuk kawasan Gerbangkertosusila yang saat ini terus berkembang,” katanya.
Merujuk pada studi SNCF Perancis yang dilakukan ketika itu, kata Bambang DH, model elevated cocok diterapkan di Jatim sehingga mampu mengurangi kecelakaan di persimpangan.
“Skenario pendanaan ketika itu juga telah dirumuskan. Yakni, 35% pemerintah (rinciannya pusat 15%, pemprov 15%, dan kab/kota 5%). Sisanya berasal dari pinjaman lunak,” katanya.
Sedangkan pembangunan pada tahap 2 yakni jalur Lamongan-Kandangan, Wonokromo-Tarik-Mojokerto, Sidoarjo-Tarik sepanjang 110 km membutuhkan dana Rp 13,2 triliun. Untuk tahap 2 skenario pendanaan full investor. Jadi keterlibatan pemerintah termasuk provinsi, kabupatan, kota, hanya pada pembangunan tahap 1 saja.
“Harapan saya, Ibu Gubernur Khofifah bisa mengawal terealisasinya moda transportasi model elevated. Terlebih setelah Pemerintah Kota Surabaya gagal mewujudkan Trem,” kata Bambang DH yang juga caleg DPR RI PDI Perjuangan Dapil Jatim I (Surabaya-Sidoarjo) nomor urut 1 ini.
Sekadar diketahui, KA Gerbang Kertasusila merupakan hasil survei lembaga Prancis, yaitu Societe Nationale des Chermins de fer Francais (SNCF), bekerja sama dengan Institut Teknologi Sepuluh November 1945 (ITS) Surabaya pada 2005-2007.
“Dasar proyek KA terintegrasi yang juga menghubungkan Bandara Juanda itu didasari oleh survei SNCF dengan biaya survei sekitar Rp20 miliar. Ke depan, SNCF bisa mengajak dari Prancis untuk membiayai proyek tersebut yang total investasinya mencapai Rp17,39 triliun,” ungkap Bambang.
Proyek KA itu akan dibagi dalam dua tahap, di mana tahap pertama akan menghabiskan dana Rp4,17 triliun dan tahap kedua sebesar Rp13,22 triliun.
“Total dana Rp17,39 triliun itu mencakup pengerjaan dan pengadaan prasarana jalur rel, termasuk membuat jalur KA elevated (ayang), pembangunan stasiun dan shelter serta sarana penunjang lainnya. Khusus untuk lintasan Bandara Juanda-Waru (Sidoarjo) diupayakan melibatkan PT RaiLink Perusahaan patungan PT Kereta Api dan PT Angkasa Pura,” katanya. (bid)