Khofifah Indar Parawansa Gubernur Jatim terpilih mengatakan, KH Ma’ruf Amin Calon Wakil Presiden nomor urut 01 butuh menggunakan metode deduktif untuk menarik potensial voters menjadi real voters dalam Pilpres 2019.
“Kiai Ma’ruf itu perlu ada pendekatan deduktif. Sekarang beliau masih keliling-keliling, tapi saya rasa pada tahap dan waktu yang sudah direncanakan beliau kemungkinan akan fokus di Banten, DKI Jakarta, dan Jabar. Karena sesungguhnya ada potensi besar yang hampir belum terkonfirmasi oleh masyarakat luas bahwa kakeknya Kyai Ma’ruf itu (Syekh Nawawi al-Bantani) adalah seorang ulama besar yang lama bermukim di Madinah dan punya murid yang cukup banyak tersebar di berbagai wilayah,” kata Khofifah dalam diskusi yang digelar The Initiative Institute di Surabaya, Senin (17/12/2018).
Khofifah mengatakan, kalau ada yang membangun komunikasi secara intensif, akan ada kapitalisasi dari kemungkinan memanggil memori mereka-mereka yang sempat berguru pada kakek Ma’ruf Amin yaitu Syekh Nawani al Bantani.
“Karena banyak sekali orang yang tidak masuk dalam NU struktural itu tidak banyak yang tahu tentang ini. Jadi ketika ada pertemuan international Islamic scholars di Jakarta memang harus di-announce secara khusus bahwa KH Ma’ruf Amin adalah cucu Nawawi al Bantani,” katanya.
Pada posisi inilah, kata Khofifah, dalam kitab Ta’limul Muta’allim sesungguhnya santri langsung maupun tidak langsung menjadi terbangun ketawadhu’annya terhadap Dzuriyah atau guru besarnya.
“Ini yang saya lihat belum secara efektif dikomunikasikan. Saya rasa dalam waktu yang tidak lama akan dikomunikasikan secara efektif, katakan seperti temu alumni santri turun temurun dari Syekh Nawawi,” katanya.
Menurut Khofifah, memanggil memori itu menjadi penting dan Ma’ruf Amin sudah cukup kelilingnya selama ini, apakah itu sebagai Ketum MUI atau Rais Aam PBNU.
“Saya rasa ada starting point strategis untuk bisa membangun kekuatan dari berbagaj approach yang bisa memaksimalkan potensial voters menjadi pemilih yang real voters,” katanya. (bid/iss)