Selasa, 26 November 2024

PKS Menanti Poros Ketiga

Laporan oleh Muchlis Fadjarudin
Bagikan
Mahfuz Sidik Politisi PKS. Foto: Faiz suarasurabaya.net

Sudah masuk tanggal 6 Agustus 2018, tapi Prabowo belum kunjung memutuskan cawapresnya. Hal ini tentu membuat gelisah banyak pihak, termasuk Partai Keadilan Sejahtera (PKS).

Pasalnya, PKS sudah mengantongi rekomendasi Ijtima Ulama. Calon pasangan Prabowo-Salim menjadi amanah yang harus diperjuangkan PKS ke hadapan Prabowo dan partai koalisinya.

Namun belum ada tanda positif untuk calon pasangan Prabowo-Salim. Sementara Ustaz Abdul Somad masih istiqomah tidak berkenan didapuk menjadi cawapres.

Demikian ditegaskan Mahfuz Sidik Politisi PKS dalam pesan singkatnya, Selasa (7/8/2018).

“PKS gelisah dan begitu pula sebagian ulama GNPF. Lalu terjadilah Mudzakarah Seribu Ulama di Tasikmalaya pada Minggu (5/8/2018) kemarin. Hasilnya menambah daftar bakal calon presiden dan wakil presiden. Muncul nama Anies Baswedan, Gatot Nurmantyo dan Bachtiar Nasir,” ujar Mahfuz yang juga mantan Wasekjen PKS ini.

Menurut dia, sangat mungkin nama-nama di atas bukan untuk menambah pilihan calon bagi poros Prabowo. Tapi membuka jalan bagi munculnya poros baru, yaitu poros ketiga.

Dari nama-nama Anies Baswedan, Gatot Nurmantyo dan Bachtiar Nasir, masih belum diketahui siapa yang bisa menjadi tokoh utama sebagai capres poros ketiga.

Menurut Mahfuz, Anies Baswedan terganjal Perpres yang mengatur batas waktu pengajuan izin kepada presiden bagi kepala daerah yang akan maju menjadi calon presiden atau calon wakil presiden. Ustaz Bachtiar Nasir (UBN) rasanya bukan untuk tokoh utama poros ketiga. Sebagai cawapres masih mungkin. Tersisa Jendral (Purn) Gatot Nurmantyo yang sejak awal menyatakan siap menjadi capres dan tinggal meneruskan jalan takdirnya.

“Saya meyakini bahwa semua partai sedang menimbang-nimbang keputusan akhirnya. Termasuk keputusan untuk berada di poros yang mana. Ini bukan semata persoalan pilpres, tapi juga terkait nasib partainya di pileg,” tegasnya.

Kata dia, calon presiden yang diusung atau didukung partai, tentunya harus bisa mendukung perolehan suara pemilu legislatif. Sehingga partai tidak hanya menjadi pendorong mobil. Tapi ikut ditarik maju oleh mobil itu.

“Bagi partai yang sudah dapat pos capres dan cawapres, soal itu dianggap selesai. Bagaimana dengan partai yang tidak kebagian pos capres dan tidak juga cawapres? Dapat apa?” kata Mahfuz bertanya-tanya.

Kalau bagi-bagi kursi kabinet, itu cerita kalau menang. Kalau kalah, apa yang mau dibagi? Pikiran sederhana Mahfuz adalah bagaimana mencari faktor pendukung untuk capaian hasil pemilu legislatif.

Di tengah kondisi ekonomi yang makin sulit, biaya politik justru makin meningkat. Partai dan para caleg ditantang untuk bisa memenuhi biaya politik di pemilu legislatif. Apalagi ambang batas parlemen naik menjadi empat persen.

“Jadi bagaimana meramu poros ketiga? Poros yang berpeluang menang dan bisa membantu partai koalisinya mencapai target suara pemilu legislatif?” kata dia.

Sampai hari ini, Mahfuz belum mempunyai rumus. Mungkin masih perlu merenung 1-2 hari lagi. Tapi kata kuncinya adalah “berpeluang menang” dan “membantu target suara pileg”.

“Selamat menanti poros ketiga!” pungkas Mahfuz.(faz/tin/dwi)

Berita Terkait

Surabaya
Selasa, 26 November 2024
32o
Kurs