Joko Widodo (Jokowi) Presiden akhirnya memutuskan untuk memilih Ma’ruf Amin Ketua Umum Majelis Ulama Indonesia KH sebagai pendampingnya menjadi bakal calon wakil presiden di Pilpres 2019.
“Setelah melalui perenungan yang mendalam dan dengan mempertimbangkan saran dari berbagai elemen masyarakat maka saya memutuskan dan telah mendapatkan persetujuan dari partai-partai koalisi yaitu koalisi Indonesia Kerja bahwa yang akan mendampingi saya sebagai cawapres 2019-2024 adalah Prof Dr KH Ma’ruf Amin,” kata Jokowi Presiden setelah pertemuan koalisi partai pendukung Jokowi, di Jakarta, Kamis (9/8/2018).
Terpilihnya Ma’ruf Amin menjawab teka-teki cawapres Jokowi yang selama ini disebut-sebut berinisial M. Di sisi lain, keputusan tersebut cukup mengejutkan publik. Bagaimana tidak, sebelumnya Mahfud MD Mantan Ketua Mahkamah Konstitusi (MK) Mohammad telah menyampaikan pihak istana sudah memintanya untuk menjadi pendamping Jokowi.
Bukan tanpa alasan Jokowi memilih seorang kiai yang saat ini sudah berusia 75 tahun. Mantan Gubernur DKI Jakarta itu menilai Ma’ruf sebagai sosok yang nasionalis-religius. Sebagai seorang ulama, kehadirannya bisa diterima partai koalisi yang mengusung Jokowi untuk periode kedua.
“Mungkin ada beberapa yang tidak puas. Tapi Beliau pernah duduk di legislatif, anggota DPRD, MPR RI, Rais Aam NU, dan ketua MUI. Saat ini juga menjabat sebagai Dewan Pengarah Badan Pembinaan Ideologi Pancasila (BPIP),” kata Jokowi.
Pria yang juga Rais Aam Pengurus Besar Nahdlatul Ulama merupakan ulama multitalenta. Tidak hanya bergelut di bidang agama, ia juga pernah menjadi wakil rakyat di Parlemen.
Lelaki kelahiran Tangerang, Banten, 11 Maret 1943 tersebut memulai pendidikannya di Sekolah Rakyat sekaligus Madrasah Ibtidaiyyah di Tangerang yang diselesaikan pada tahun 1955.
Pesantren Tebuireng Jombang Jawa Timur dipilihnya untuk meneruskan pendidikan selanjutnya hingga 1961. Kemudian menamatkan sarjana di Fakultas Ushuluddin Universitas Ibnu Chaldun Bogor pada 1967.
Keluarga
KH Ma’ruf Amin merupakan putra dari KH Mohamad Amin, ulama besar di wilayah Barat Tangerang dan cicit dari Syaikh Nawawi al-Bantani. Syaikh Nawawi al-Bantani seorang ulama asal banten yang sangat dihormati di kalangan intelektual Islam, utamanya di Mekkah.
Syaikh Nawawi al-Bantani merupakan salah satu Imam di Masjidil Haram. Seorang ulama yang telah menulis 115 kitab yang meliputi bidang ilmu fiqih, tauhid, tasawuf, tafsir, dan hadis.
Maka tidak heran bila, KH Ma’ruf Amin juga merupakan salah seorang intelektual Muslim yang menjadi rujukan terkait dengan fatwa-fatwa agama.
Intelektual Islam
KH Ma’ruf Amin merupakan Ketua Umum Majelis Ulama Periode 2015-2020. Beliau pernah menjabat Ketua Komisi Fatwa MUI Pusat. Selain itu, ia juga menjadi Ketua Dewan Syariah Nasional MUI, sebuah lembaga MUI yang mengurusi terkait pengembangan ekonomi syariah.
Buku-buku yang telah ditulisnya antara lain adalah Prospek Cerah Perbankan Syariah, Meluruskan Makna Jihad, Mencegah Terorisme, Melawan Terorisme dengan Iman, Fatwa dalam Sistem Hukum Islam, Produk Halal: Melindungi dan Menentramkan, Harmoni dalam Keberagaman: Dinamika Relasi Agama-Negara, Era Baru Ekonomi Islam Indonesia: Dari Fikih ke Praktek Ekonomi Islam.
Ma’ruf Amin juga dianugerahi gelar Doktor Kehormatan dalam bidang Ilmu Hukum Ekonomi Syariah dari UIN Syarif Hidayatullah, Jakarta.
Karir Politik
Sebelum menjabat sebagai Ketua MUI, dia berkiprah di dunia politik. Selama 1971-1982, dia merupakan anggota Partai Persatuan Pembangunan (PPP). Kemudian, dia berpindah ke Partai Kebangkitan Bangsa (PKB) dari 1997 hingga 2007.
Ma’ruf pernah menjabat sebagai legislatif anggota DPRD DKI Jakarta utusan golongan untuk 1971-1973. Selanjutnya, mewakili PPP, ia menjadi anggoota DPR RI pada 1973 hingga 1977. Bahkan, ia pernah menjadi pimpinan Komisi A dari Fraksi PPP.
Setelah meloncat ke PKB, Ma’ruf merupakan anggota MPR RI untuk 1997-1999. Memasuki era reformasi, ia kembali terpilih menjadi anggota DPR RI dari Fraksi PKB selama 1999-2004. Bersama PKB, Ma’ruf pernah menjabat sebagai ketua Komisi VI DPR RI. Ia juga pernah menjabat sebagai Ketua Dewan Syuro PKB pada 1998.
Jokowi menilai Ma’ruf Amin yang pernah menjabat Anggota Dewan Pertimbangan Presiden sejak 2009 hingga 2014 itu sebagai pasangan nasionalis religius.
“Kami ini saling melengkapi. Nasionalis religius,” kata Jokowi seraya menambahkan konsep nasionalis religius itulah yang akan ditawarkan kepada para pemilihnya masyarakat di seluruh pelosok Tanah Air.
Sementara itu, Ma’ruf Amin menyatakan penunjukan dirinya sebagai calon wakil presiden pendamping Joko Widodo merupakan penghargaan kepada ulama.
“Pilihan ini bukan semata-mata karena saya pribadi, tapi ini merupakan penghargaan terhadap ulama, terhadap Nahdlatul Ulama. Ini berarti Pak Jokowi menghargai NU, menghargai ulama. Tentu ini harus dibalas dengan membantu dan mendukung beliau,” tambah Kiai Ma’ruf.
Menurut dia, cara membantu Jokowi adalah dengan mewujudkan Nawacita, visi dan misi Jokowi atas negara ini dalam beberapa aspek, terutama keutuhan bangsa.
“Dalam menjaga keutuhan bangsa kita harus mendorong bangsa ini mematuhi kesepakatan yang menjadi pilar utama bangsa ini, yakni Pancasila dan UUD 1945,” katanya.(ant/tin/dwi)