Wiranto Menko Polhukam menjelaskan kalau tahun depan atau 2019 akan diselenggarakan Pemilu serentak. Dalam Pemilu tersebut, pasti akan terjadi kompetisi tetapi yang perlu diingat bahwa jangan sampai karena Pemilu, masyarakat menjadi terkotak-kotak.
Menurutnya, masyarakat harus tetap menjunjung tinggi bahwa membela negara adalah kewajiban yang paling utama.
“Tahun depan kita akan menghadapi Pemilu legislatif. Pemilu presiden wakil presiden. Ada kompetisi dan persaingan disitu. Boleh berkompetisi maupun bersaing tapi ingat yang paling tinggi adalah ada kewajiban bela negara. Jangan sampai Pemilu ini justru mengkotak-kotakan bangsa kita dan membuat lupa bahwa ada kewajiban bela negara yang harus ditempatkan pada suatu kewajiban yang utama,” ujar Wiranto saat memberi sambutan pada acara ‘Rembuk Nasional Bela Negara’ di sebuah hotel di kawasan, Jakarta Selatan, Senin (17/12/2018).
Menurut Wiranto, bela negara telah diatur dalam UUD, sehingga saat ini perlu dirumuskan seperti apa bentuk bela negara itu.
Sehingga, kata dia, kalau sudah ada kesadaran seperti itu apa itu bela negara, kemudian siapa yang membela dan bagaimana caranya, maka diharapkan negeri ini tetap stabil walaupun menghadapi peristiwa seperti Pemilu..
“Mengapa kita harus membela negara, membela negeri ini, siapa yang harus membela dan bagaimana caranya membela ini? nanti akan kita bincangkan dalam rembuk nasional yang akan dipimpin oleh Sekjen Wantannas,” jelasnya.
Wiranto menegaskan, Sekjen Dewan Ketahanan Nasional (Wantannas) diberikan tugas oleh pemerintah untuk merancang satu formula bagaimana merumuskan pendidikan bela negara.
“Secara nasional pendidikan bela negara tidak melulu hanya latihan dasar militer seperti dulu lagi, karena tugas-tugas bela negara si sopir taksi dengan mahasiswa berbeda, mahasiswa dengan buruh pelabuhan berbeda, buruh pelabuhan dengan para guru berbeda, dan lainnya,” tegas Wiranto.(faz/tin)