KH Ma’ruf Amin Ketua Majelis Ulama Indonesia (MUI) menegaskan, MUI tetap bersikap netral menghadapi Pilkada serentak 2018, Pemilu, maupun Pilpres 2019.
Soal hubungan antara ulama dan pimpinan pondok dengan presiden yang cukup mesra akhir-akhir ini, oleh Kiai Ma’ruf hal ini dinilai wajar. Kalau negeri ini ingin aman dan damai, hubungan antara ulama dan umaroh atau pemerintah harus baik.
Tentang seringnya keluar masuk Istana, Ma’ruf menjelaskan karena diundang presiden untuk memberikan masukan di saat ada masalah yang berkaitan dengan keagamaan.
“Kalau presiden perlu masukan soal pesawat tempur, orang yang diundang tentu beda lagi, yakni ahli pesawat tempur, bukan ulama,” katanya.
Sebagai Ketua MUI, Ma’ruf Amin menegaskan tidak pernah menggiring dan
mempengaruhi ulama untuk mendukung si A atau si B.
“MUI memberi kebebasan kepada ulama untuk menentukan sendiri pilihannya,” kata ketua MUI kepada suarasurabaya.net, Jumat (13/4/2018).
Menjaga netralitas menjelang Pilkada Serentak 2018, Pemilu dan Pilpres 2019, juga menjadi sikap Konferensi Waligereja Indonesia (KWI).
Mgr Ignatius Suharyo, menjelaskan KWI merupakan lembaga keagamaan Katolik bukan lembaga politik. Karena itulah dalam KWI tidak ada dukung mendukung.
“Sebagai Ketua KWI kemudian mengeluarkan seruan atau pernyataan, untuk mendukung calon tertentu, langsung akan dikartu kuning karena tugas KWI menjaga persatuan umat,” kata Suharyo yang merangkap sebagai uskup Agung Jakarta.
Said Aqil Siroj Ketua Umum PBNU juga mengatakan, organisasi keagamaan yang dipimpinnya tidak akan menggiring warganya untuk memilih calon tertentu.
“Soal dukung mendukung bukan urusan NU,” kata Said. (jos/tna/dwi)