Sabtu, 23 November 2024

Kepo Yuk dan The Z Brand, Ajak Pemilih Pemula Sadar Pilihan

Laporan oleh J. Totok Sumarno
Bagikan
Para mahasiswa DKV UK Petra kreator Kepo Yuk dan The Z Brand. Foto: Humas UK Petra Surabaya.

Ajak pemilih pemula yang nota bene adalah anak muda milenial, DKV UK Petra Surabaya hadirkan 2 karya Kepo Yuk dan The Z Brand, untuk membangkitkan kepedulian serta hak pemilih pemula.

Selvie Lokito dan Teresa Stephanie adalah dua mahasiswa DKV UK Petra Surabaya yang merancang ide permainan facebook (FB) bernama Kepo Yuk akronim dari: Kenal Politik Yuk.

Kata Kepo merupakan istilah yang sangat dikenal di kalangan anak muda kepanjangan dari knowing every particular object atau rasa ingin tahu sekali akan segala sesuatu. “Ini merupakan sebuah digital campaign yang mengajak pemilih muda untuk mau mengenal rekam jejak para kandidat Pilkada,” terang Selvie.

Awalnya, tim ini melihat fakta bahwa generasi muda yang sering disebut sebagai generasi milenial adalah generasi yang suka hal-hal instan. Sebenarnya generasi milenial paling terdidik namun memiliki daya juang yang rendah sehingga sering dikenal dengan generasi mager (males gerak).

Maka banyak anak muda berharap hanya dengan menekan sebuah tombol maka semua masalah dapat terselesaikan. “Ditambah lagi mereka tak tertarik dengan politik sebab mempunyai anggapan siapapun yang menang maka Indonesia akan tetap begini-begini saja,” tambah Teresa.

Permainan FB Kepo Yuk mempunyai lima fase yaitu: attention, interest, Search, Action dan Share. Jika pemain berhasil menyelesaikan game muncul pesan: Selamat! Kandidat yang Anda pilih sesuai dengan janjinya.

Sedangkan jika pemain gagal menyelesaikan game muncul pesan: Untung ini cuma game, bayangkan jika ini sungguhan!. Di akhir permainan muncul sebuah call to action: Ayo kenali rekam jejak kandidatmu sebelum suarakan pilihanmu!.

FB dipilih karena hasil permainan game ini akan ter-share secara otomatis di wall FB. Sehingga bisa menjadi viral dan makin banyak pemilih muda yang ingin memainkan game tersebut, sehingga tujuan dari digital campaign ini tersampaikan.

“Tidak hanya itu, anak muda identik dengan smartphonenya. Entah itu bersosial media ataupun bermain game. Jadi menurut kami ini pendekatan yang cocok sekali untuk menarik target audience tersebut,” ujar Selvie.

Ide ini terus dikembangkan menjadi kampanye: Gokil Sob (Golongan Kritis Politik, Sobat), dengan memunculkan trigger own asset: Kepo Yuk di instagram dan iklan pop-up di website-website portal.

“Anak muda diajak untuk menjadi Superhero yang gokil dengan bermain game di microsite Gokil Sob!. Trigger diberikan dengan memprovokasi audience untuk menunjukkan seberapa gokil mereka. Tidak hanya itu, promosi dilakukan dengan promote video ads (anorganik) Gokil Sob! di Instagram,” kata Selvie.

Jika pemain berhasil menyelesaikan game muncul: Kalau main game gini aja kamu teliti, apalagi waktu Pileg 2019 nanti. Kamu gokil Sob!. Jika pemaian gagal menyelesaikan game, akan muncul: Kalau main game gini aja kamu tidak teliti, gimana mau teliti sama Pileg 2019 nanti? Untung ini cuma game, bayangkan jika ini sungguhan!.

Call to Action muncul dibagian akhir permainan: Mari gunakan hak pilihmu dalam Pileg 2019. Mini game ini mengedukasi bagaimana menggunakan hak pilih itu penting, karena itu berpartisipasilah di Pileg 2019 demi #SelamatkanIndonesia!.

Permainan sederhana namun unik ini menjadikan mencoblos kertas suara dan simbol kelingking bertinta sebagai simbol kebanggaan anak muda yang bisa menyelamatkan Indonesia.

Karya lain yang digarap Eunike Sara Ardyta dan Alexander Gratianus, memilih media Instagram untuk menyampaikan pesan-pesannya berupa kutipan dan fakta-fakta seputar pemilihan umum dengan bahasa yang mudah dan menarik di kalangan anak muda.

Tim ini memanfaatkan semua fitur Instagram untuk menyebarkan kampanyenya, seperti membuat tagar yang mudah diingat oleh anak muda yaitu #cukuptau, game tag berantai, insta story, repost, dan hashtag sticker.

“Tujuannya untuk memberikan wawasan dan himbauan kepada anak muda untuk menjadi pemilih yang cerdas supaya tidak salah pilih,” terang Eunike Sara Ardyta.

Mengapa Instagram? Sebab Indonesia merupakan pasar terbesar Instagram di Indonesia dan mayoritas anak muda membuka Instagram lebih dari 3x dalam sehari. #cukuptau, sebuah hastag kampanye untuk untuk mengajak para pemilih muda menjadi smart voters.

Tim ini menggunakan lima langkah, pertama: menggunakan campaign ambassador yang sudah dikenal anak muda di bidangnya masing-masing (memiliki followers 7,7M, 8,47K). Diharapkan mampu meningkatkan minat pemilih muda untuk ikut serta.

Kedua, #factnotfake yaitu: memposting mengenai fakta-fakta yang selama ini ada di tengah permasalahan pilkada atau pemilu. Langkah ketiga, #quoteskuatan, yaitu yang berisi quotes-quotes percintaan khas anak muda yang dikaitkan dengan topik pilkada.

Langkah keempat, Isi Sendiri. Yaitu sebuah konten dimana para pemilih muda dapat aktif beropini. Yang terakhir, langkah kelima: adalah sebuah permainan sederhana untuk mencari tahu masuk tipe pemilih manakah selama ini.

“Tujuan akhirnya hastag #cukuptau menjadi viral dengan content-kontentnya yang mengkombinasikan maslaah percintaan dan pilkada,” kata Eunika.

Ide ini di kembangkan kembali untuk kepentingan kompetisi dengan membuat official merchandise untuk pemilihan umum yang bernama The Z Brand dan membuat konten di instagram dengan analogi kehidupan dan pemilu.

Pesan dari kampanye ini adalah para pemilih pemula yang merupakan anak-anak SMA memiliki keputusan yang sangat berpengaruh untuk Indonesia dimasa depan.

Tim karya Kepo Yuk dan The Z Brand berhasil memenangi predikat Silver (juara 2) dan Bronze (juara 3) pada Epicentrum 2017 dengan kategori Ideation: A(d) Creative Solution to Maximize Youth’s Participation on Indonesian Politics di Universitas Padjadjaran-Bandung.(tok/rst)

Berita Terkait

Surabaya
Sabtu, 23 November 2024
34o
Kurs