Lingkaran Survei Indonesia (LSI) memprediksi, Partai Golkar punya peluang besar memenangkan pertarungan Pemilu legislatif dan Pemilu Presiden Tahun 2019.
Hipotesis itu berdasarkan hasil survei LSI yang dilakukan serentak di 34 Provinsi dari tanggal 7 sampai 14 Januari 2017, dengan responden sebanyak 1200 orang.
Pergantian Ketua Umum Partai Golkar dari Setya Novanto ke Airlangga Hartarto, menjadi salah satu faktor yang mempengaruhi peningkatan elektabilitas partai berlambang Pohon Beringin.
“Pascapergantian kepemimpinan, tren elektabilitas Partai Golkar meningkat. Hasil survei pada Agustus 2017, elektabilitas Golkar 11,6 persen dan menempati posisi ketiga di bawah PDIP dan Gerindra. Tapi, pada Desember 2017, elektabilitas Golkar menjadi 13,8 persen, dan naik lagi menjadi 15,5 persen pada Januari 2018,” kata Rully Akbar Peneliti LSI yang memaparkan hasil survei, Rabu (24/1/2018), di Jakarta.
Menurut Rully, Airlangga Hartarto Ketum Golkar yang baru terkesan bersih dan punya integritas membangun kredibilitas partai yang sebelumnya selalu terkait isu korupsi proyek KTP Elektronik.
“Tiga program pro rakyat berupa sembako murah, pekerjaan mudah dan rumah murah yang dikampanyekan Partai Golkar juga menarik simpati masyarakat khususnya dari kalangan kurang mampu secara ekonomi atau wong cilik,” imbuhnya.
Sementara itu, elektabilitas PDI Perjuangan malah mengalami penurunan.
Berdasarkan survei, elektabilitas PDI Perjuangan pada Agustus 2017 ada di angka 28,3 persen. Kemudian, ada penurunan menjadi 22,7 persen per Desember 2017, dan makin turun ke angka 22,2 persen pada Januari 2018.
“Salah satu faktor yang menyebabkan penurunan elektabilitas PDIP, pemilih banyak yang kembali memberikan suaranya ke Partai Golkar. Hal itu bisa terjadi karena PDIP dan Golkar sama-sama nasionalis dan punya basis dukungan wong cilik,” kata Rully.
Dari hasil survei itu, LSI berpendapat Golkar akan jadi pesaing utama PDI Perjuangan, memperebutkan posisi teratas pada Pemilu 2019.
“Tapi, itu semua tergantung Golkar. Upaya rebranding partai dengan fokus pada program yang punya daya tarik elektoral dan citra Ketua Umum yang baru akan membantu mendongkrak suara partai. Selain itu, Golkar juga harus mendapatkan efek elektoral dari kinerja Pemerintahan Jokowi-JK,” paparnya.
Sekadar diketahui, survei yang dilakukan LSI tersebut menggunakan metode multi stage random sampling, dengan teknik wawancara tatap muka, dan margin of error plus minus 2,9 persen.
Survei dilakukan atas biaya sendiri, dan dilengkapi riset kualitatif seperti focus group discussion, media analisis, dan wawancara mendalam narasumber. (rid/dwi)