Amien Rais, tokoh reformasi 98, mengingatkan pemerintah untuk tidak meremehkan rakyat. Apa yang terjadi pada reformasi 98 ketika Soeharto Presiden RI kedua bisa lengser adalah kehendak rakyat juga.
Ini ditegaskan Amien Rais dalam acara “20 Tahun Refleksi Reformasi” di Gedung Nusantara Kompleks Parlemen, Senayan, Jakarta, Senin (21/5/2018).
Amien kemudian juga mengingatkan kalau demokrasi jangan sampai dirusak dengan dengan uang
“Jangan remehkan rakyat. Kalau semua bisa dibeli dengan uang, itu kan nilai manusia menjadi isi perut, karena hanya uang,” ujar Amien.
Amien menilai, 20 tahun reformasi, demokrasi saat ini sudah agak ugal-ugalan. Demokrasi yang dibangun sejak 1998 sudah mulai dirusak.
“Reformasi kita ini disamping masih punya pekerjaan berat disamping amandemen UUD 1945, ini memang sudah agak ugal-ugalan. Ibarat mobil Ferarri yang bagus tadi, itu dijadikan gerobak yang nggak karuan,” tegas Amien.
Amien juga menceritakan saat reformasi dulu, setelah Soeharto lengser, ada saja pahlawan kesiangan yang tiba-tiba muncul.
“Dulu saat Soeharto lengser, eh tiba-tiba ada pahlawan kesiangan, mereka muncul dan minta Soeharto diadili, padahal saat mahasiswa berjuang, mereka tidak muncul sama sekali,” kata dia.
Amien juga sempat menyinggung pemerintah agar tidak anti kritik. Kritik masyarakat itu harus didengar, jangan malah dibungkam. Pemerintah harus bisa mendengar apa yang disuarakan rakyat seperti tahun 98.
“Suara-suara rakyat itu harus didengar. Tahun 98 itu rakyat dan mahasiswa turun ke jalan menyampaikan aspirasinya. Sekarang, baru lihat kaos aja takut,” tegas Amien yang hanya menyebut kaos saja, tanpa menjelaskan apakah kaos yang dimaksud itu yang bertuliskan “2019 Ganti Presiden” atau bukan.
Dalam acara “20 Tahun Refleksi Reformasi” hadir juga tokoh-tokoh reformasi lainnya seperti Albert Hasibuan, Fuad Bawazier, Taufiq Ismail Sastrawan dan Budayawan, Fahri Hamzah dan Fadli Zon tokoh reformasi dari mahasiswa saat itu yang sekarang Wakil Ketua DPR, Zulkifli Hasan Ketua MPR, HS Dillon dan lainnya.(faz/iss/ipg)