M Pratikno Menteri Sekretaris Negara menegaskan, pertemuan Jokowi Presiden dengan SBY Presiden ke-6 RI, Kamis (9/3/2017) tidak menyinggung soal Pilgub DKI putaran pertama maupun putaran kedua.
Kedua pemimpin nasional itu hanya bicara soal pentingnya kebersamaan dalam membangun bangsa dan negara.
“Pernyataan yang sama juga diungkapkan Roy Suryo juru bicara DPP Partai Demokrat. Terlalu kecil kalau SBY bicara soal Pilgub DKI. Tidak ada deal politik atau dukung mendukung,” kata Roy.
Secara terpisah Hariman Siregar aktivis Malari menyatakan prihatin melihat Pilgub DKI 2017.
Penguasa yang seharusnya menjadi suri teladan rakyat malah terkesan menjadi sumber masalah.
Sejak perhelatan Pilkada DKI Jakarta, masyarakat sama-sama menyaksikan aparat keamanan seolah-olah berubah menjadi tim pemenangan kandidat tertentu dengan menggembor-gemborkan kasus-kasus hukum kandidat penantang petahana.
Ada yang dipanggil ke kantor polisi, ada yang dihantam pemberitaan negatif berbasiskan pernyataan aparat hukum. Tujuanya jelas untuk menjatuhkan elektabilitas para penantang petahana.
Menurut Hariman, inilah Pilkada paling memalukan dalam sejarah ibukota Indonesia. Demokrasi diperkosa di sini. Moralitas dibunuh oleh ambisi kekuasaan.
“Para pelakunya mengenakan topeng tanpa dosa, seolah-olah tidak tersangkut dalam distorsi kedaulatan rakyat ini. Akibatnya, jika dahulu pelacuran kebenaran adalah pebuatan nista, kini pelaku malah dielu-elukan sebagai pembela demokrasi, sebagai pejuang hukum,” kata Hariman Siregar.
“Djarot Saiful Hidayat, membantah telah menjadikan penguasa atau pemerintah sebagai tim sukses paslon Ahok- Djarot. Jangan hanya ngomong buktikan,” katanya.
Sementara Anies Baswedan lawan Ahok di putaran kedua Pilgub DKI mengatakan, tidak mau berprasangka buruk tentang sikap pemerintah. Biar rakyat sendiri yang menilai. “Di penguasa ada yang maha berkuasa yakni Allah,” kata Anis. (jos/dwi)