Sebanyak 62 pekerja seni yang terdiri dari kalangan artis, musisi, pemain sinetron, dan bintang film, pada 7 April 2016, berkumpul di Lantai 3, Ruang GBHN, Kompleks Parlemen,Senayan Jakarta, Kamis (7/4/2016).
Kehadiran mereka di gedung wakil rakyat itu untuk mengikuti Sosialisasi Pancasila, UUD Negara RI Tahun 1945, NKRI, dan Bhinneka Tunggal Ika, atau yang disebut 4 Pilar MPR, yang diselenggarakan oleh Fraksi PKB di MPR.
Menurut Abdul Kadir Karding Ketua Fraksi PKB di MPR, kegiatan yang dilaksanakan itu merupakan kegiatan yang biasa dilaksanakan oleh MPR yakni mensosialisasikan 4 Pilar.
Karding mengaku jika kegiatan mengumpulkan pekerja seni untuk mengikuti Sosialisasi 4 Pilar karena kasus yang menimpa Zaskia Gotik yang menimbulkan kegaduhan yaitu perkataannya tentang Pancasila.
“Kasus Zaskia Gotik menyadarkan kita sebab setelah kita buka file pemahaman tentang Pancasila ternyata bukan hanya pekerja seni yang banyak tidak hafal Pancasila, namun juga kepala daerah yang tidak hafal Pancasila,” kata dia.
Karding mengutip sebuah survei yang dilakukan oleh salah satu koran nasional bahwa masih banyak masyarakat yang tak hafal Pancasila. “Karena Zaskia kebetulan fublic figur maka semua masalah menjadi terbuka,” ujar Karding.
Dalam masalah Zaskia Gotik PKB tidak akan melakukan tindakan hukum. PKB tak membela siapapun. PKB memilih jalan persuasif dan dialog. PKB memahami latar pendidikan masing-masing orang dalam memahami Pancasila.
Menurut Karding, pekerja seni mempunyai sesuatu yang potensial seperti sering tampil di public dan sering diakses oleh media massa. Untuk itu, dia berkeinginan agar para pekerja seni yang sebagai public figur itu akan dijadikan duta Pancasila.
Karding berharap pekerja seni pada sosialisasi itu belajar mengenai Pancasila dan selanjutnya mau menyampaikan nilai-nilai Pancasila pada masyarakat.
Dari sinilah Karding juga berharap akan lahir komunitas pekerja seni pencinta Pancasila. Sebagai pemateri sosialisasi itu selain Abdul Karding, juga anggota MPR dari Fraksi PKB lainnya seperti Lukman Edy, Ana Muamanah, dan Krisna Murti.(faz/ipg)