Departemen Ilmu Politik Fisip Universitas Airlangga (Unair) dan CEPP (Center for Election and Political Party) Unair akan menggelar diskusi evaluasi pemilu dan bedah buku berjudul Merajut Kemelut: Risma, PDI Perjuangan dan Pilkada Surabaya di Fisip Unair, Senin (11/4/2016) mendatang.
Diskusi dan bedah buku yang akan digelar di Ruang Adi Sukadana Gedung A Fisip Unair ini rencananya akan dihadiri Hasto Kristyanto, Sekjen PDI Perjuangan serta Tri Rismaharini, Wali Kota Surabaya; bersama Priyatmoko, pengajar ilmu politik Fisip Unair.
Buku berjudul Merajut Kemelut setebal 444 halaman ini setidaknya banyak menekankan perjalanan karir politik Tri Rismaharini setahun terakhir menjelang Pilkada Surabaya 2015. Dalam buku ini, juga dikupas adanya upaya untuk menggagalkan pencalonan Risma dalam Pilkada surabaya 2015.
Dalam rilis yang diterima suarasurabaya.net, Hasto Kristyanto mengatakan jika buku ini bisa dijadikan bahan evaluasi bagi penyelenggaraan Pilkada
“Risma merupakan salah satu kader terbaik yang dimilik PDI Perjuangan yang terbukti sukses membangun Kota Surabaya dengan sejumlah program pro rakyat dan anti korupsi,” kata Hasto.
Dia juga mengatakan bahwa membangun sistem pencegahan korupsi jika dilakukan terus menerus disertai disiplin, dan keteladanan pemimpinnya akan menjadi kultur pemerintahan yang anti korupsi.
“Sistem dan kultur inilah yang menjadi model bagi seluruh kepala daerah PDI Perjuangan. Karena itulah dalam sekolah calon kepala daerah, Ibu Risma menjadi salah satu pengajar sebagai contoh yang dapat direplikasi daerah lain,” ujarnya.
Sementara itu Abdul Hakim, penulis Buku Merajut Kemelut, mengatakan jika buku ini merupakan bagian dari catatan, peristiwa, pernik pemikiran, dan tentu saja percikan sejarah politik di seputar Pilkada Surabaya.
Sedangkan Didik Prasetiyono yang juga menjadi penulis buku ini mengatakan, ada sepotong kalimat dari mantan Ketua DPD PDI Perjuangan Jawa Timur, Sirmadji yang selalu dia ingat. “Keretakan yang sempat terjadi, harus dirajut kembali. Tidak berlebihan bila kalimat itu menjadi ide untuk memutuskan judul buku ini,” kata didik. (fik/ipg)