Senin, 25 November 2024

PAN Rumah Demokrasi, Kongres Jangan Diarahkan Aklamasi

Laporan oleh Muchlis Fadjarudin
Bagikan
Suasana Rakernas PAN di Jakarta, Rabu (7/1/2015) malam. Foto: Dok. suarasurabaya.net

Siti Zuhro Pengamat Politik dari Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI), berharap kader-kader PAN potensial bisa ikut maju sebagai calon ketua umum PAN pada kongres PAN berikutnya. Kader-kader PAN potensial seperti Dradjad Wibowo, Tjatur Sapto Edy, Viva Yoga Mauladi menurutnya pantas ikut berkompetisi dan berkontestasi dengan dua senior PAN yang digadang-gadang seperti Hatta Rajasa incumbent dan juga Zulkifli Hasan yang merupakan besan Amien Rais.

“Kader PAN seperti Dradjat Wibowo, Tjatur Sapto Edy, Viva Yoga dan lain-lain jangan takut untuk berkontestasi dengan dua seniornya yaitu Hatta Rajasa dan Zulkifli Hasan. PAN ini rumah demokrasi, apa kata orang kalau kader-kader partai yang berdiri di era reformasi ini justru takut mereformasi partai sendiri. Kalau mereka tidak  berani maju, ya aneh. Masak kader partai takut jadi calon pemimpin, terlebih jika memenuhi kualifikasi,” ujar Siti di Jakarta, Jumat (9/1/2015).

Para kader-kader muda, kata Siti Zuhro, tidak perlu khawatir untuk bertarung. Mereka harus memberi contoh bahwa untuk memimpin tidak harus orang kaya raya atau harus mampu menjadi bandar partai.

”Meski akses masih terbatas, bukan orang kaya raya, kenapa mereka harus takut menghadapi kader-kader senior yang memiliki kelebihan dari aspek finansial,” imbuhnya.

Siti sendiri tidak mengharapkan bahwa kongres PAN nanti akan menentukan secara aklamasi ketua umum PAN. Karena menurutnya semakin banyak calon, maka kompetisi akan semakin sehat.

”Sekarang ini belum apa-apa seperti sudah diarahkan agar kongres memilih secara aklamasi ketua umum berikutnya. Calon jangan takut bersaing dan hanya mau menang mutlak. Pendahuluan-pendahuluan yang mengarahkan kepada proses yang aklamasi ini yang tidak benar,” jelasnya.

Kongres harusnya digelar dengan transparan dan memberikan ruang para kader PAN terbaik untuk maju. Dengan demikian maka siapapun yang terpilih bisa diterima oleh semua pihak.

“Saya rasa pengaruh Amien Rais juga tidak sekuat dulu lagi ketika awal berdirinya PAN. Ewuh Pakewuh memang masih ada kepada Amien, tapi saya kira suara Amien tidak sedominan dulu lagi,” paparnya.

Yang penting kualifikasi kader memenuhi aspek integritas, leadership, kemampuan managerial, kompetensi-kompentesi lain yang dibutuhkan.

”Saya dengan PAN akan mengusulkan siapapun pemenangnya Sekjennya Hanafi Rais, anak Amien Rais. Ini tidak boleh. PAN itu dulu berdiri karena mengkritik perilaku KKN rezim orde baru, kalau sekarang PAN memaksakan Hanafi menjadi Sekjen, lantas apa bedanya dengan rezim orba yang dulu selalu mereka kritik? Kalau Hanafi yang jadi Sekjen tentunya sangat nepotis,” tegasnya.(faz/ipg)

Berita Terkait

Surabaya
Senin, 25 November 2024
28o
Kurs