Tri Rismaharini, Walikota Surabaya mengaku telah berbicara dengan Megawati Soekarnoputri dan menolak untuk dijadikan menteri di kabinet Joko Widodo-Jusuf Kalla.
“Aku sudah ngadep Bu Mega aku tidak mau jadi Menteri. Bu Mega tahulah aku yok opo, Bu Mega tahu gimana aku ini,” kata Tri Rismaharini, ketika ditemui di ruang kerjanya, Senin (8/9/2014).
Menurut Risma, pertemuannya dengan Mega dilakukan setelah beredar kabar yang menyebutkannya akan dijadikan sebagai Menteri di kabinet Jokowi.
“Saya sampaikan ke Bu Mega, terus dia (Mega) menjawab, o gitu ya mbak, tak pikir Mbak Risma kepengen, ya tak jawab, ndak Bu,” ujar Risma.
Risma mengatakan, saat ini dia sudah terikat kontrak lima tahun untuk menjadi walikota. Apalagi, di awal menjabat walikota, banyak gangguan politik yang menjadikan Risma tak bisa melayani masyarakat.
“Masalahnya kan gini, aku itu lima tahun kontrakku (sebagai Walikota). Berapa bulan (awal menjabat) kemarin aku ndak bisa kerja (karena gangguan politik di DPRD). Kalau tak ambil (ditinggal jadi menteri) aku sekian bulan kan bohongi masyarakat Surabaya,” kata dia.
Risma membantah jika alasan penolakan untuk dijadikan menteri ini semata karena dirinya kepengen kembali menjadi walikota Surabaya. “Jabatan itu amanah, Tuhan yang mengatur, aku ndak bisa berharap,” kata dia.
Bahkan, kini Risma mengaku telah mengurus kepindahan statusnya sebagai Pegawai Negeri Sipil (PNS) di lingkungan Pemkot untuk bisa beralih ke PNS sebagai dosen di ITS.
“Yang jelas sekarang aku ini ngurus prosesku pindah, akukan masih PNS, dari Pemkot Surabaya ke ITS, aku dadi dosen di sana. Aku tetap PNS (jika pensiun walikota) tapi aku dosen di ITS,” ujarnya. (fik/ipg)