Buat wilayah dengan muslim minoritas, menjalani ramadan sebelum dan saat pandemi Covid-19 terasa sama. Setidaknya itu yang dirasakan Almira Riski Asmaria, warga Surabaya yang sedang bekerja di Kota Mascot, New South Wales Australia.
Mira, sapaan akrabnya, bercerita bahwa ini adalah ramadan keduanya di negeri Kangguru tersebut. Tahun lalu, 2019, dia menjalani ramadan di pinggiran Kota Darwin. Masjid paling dekat dengan tempat tinggalnya berjarak 40 menit ditempuh dengan bus.
Sekarang, Mira tinggal di Kota Mascot, kota kecil yang dekat dengan Rydges Sydney Airport. Meski masjid sangat terjangkau dari tempat tinggal, tapi tempat ibadah itu sekarang ditutup demi memutus rantai penyebaran Covid-19.
“Semua tempat ibadah ditutup. Buka bersama masih boleh, asal sedikit orang dan jaga jarak. Salat tarawih juga tidak boleh di masjid”, katanya saat dihubungi suarasurabaya.net, Minggu (10/5/2020).
Menurut Mira, New South Wales sedang melaksanakan ‘lockdown 2’, yang masih memperbolehkan kunjungan dari kerabat atau teman, restoran buka hanya untuk layanan take away dan naik lift hanya boleh 2 orang.
Tahun lalu di Darwin, Mira seringkali sahur sendiri. Maka dengan konsisi pandemi sekarang, masak atau mempersiapkan sahur sendiri sudah biasa dia lakukan. Beruntung, di tempat tinggalnya sekarang, Kota Mascot, dekat dengan super market untuk beli bahan makanan.
Jauh Dari Suasana Ramadan
Mira sudah menjalani dua kali ramadan (dan lebaran) di Australia sejak tahun lalu. Sejak tahun lalu juga, Mira mengaku sangat merindukan ramadan di Indonesia. Karena suasananya sangat terasa dan meriah.
Menurutnya, meski sekarang tinggal di kota yang lebih ramai, tapi suasana ramadan tidak jauh berbeda, sepi. Karena muslim di lingkungannya adalah minoritas.
“Di sini tidak terasa suasana ramadannya. Mungkin aku harus ke Bankstown atau Lakemba ya, biar kangennya hilang”, curhatnya sambil tertawa.
Bankstown dan Lakemba adalah dua wilayah di New South Wales dengan banyak muslim. Suasana di hari biasa seperti kampung arab. Saat ramadan, ada beberapa jalan seperti pasar malam. Apalagi, di Lakemba, berdiri megah masjid terbesar di Australia; Masjid Lakemba.
Meski begitu, meski minoritas dan kadang menjalani ramadan sendiri, Mira mengaku lingkungan tempatnya tinggal toleran. Hal yang membuat puasa 12 jam di Australia tidak terasa. (ham/tin)