Kamis, 21 November 2024
Cerita Netter Ramadan di Negara Pandemi Covid-19

Ramadan yang Sama di Wilayah Muslim Minoritas

Laporan oleh M. Hamim Arifin
Bagikan
Ilustrasi. Cerita Netter Suara Surabaya Media di Negara Pandemi Covid-19: Arkansas Amerika Serikat. Grafis: suarasurabaya.net

Tidak ada perbedaan signifikan ibadah Ramadan tahun ini di tengah pandemi Covid-19 dengan Ramadan tahun-tahun sebelumnya di Arkansas, Amerika Serikat. Setidaknya itu yang dirasakan Heru Pamungkas (37), warga Surabaya yang tinggal di Kota Cabot, negara bagian Arkansas Amerika Serikat.

Heru tinggal di sebuah apartemen bersama sembilan teman lainnya dengan berbagai keyakinan. Senin sampai Kamis, Heru bekerja sebagai Tim Promosi di TV Kabel K 13 Arkansas. Sedangkan Jumat sampai Minggu, Heru menjadi koki di sebuah restoran Japanese food.

Di Ramadan tahun-tahun sebelumnya, Heru biasa melakukan ibadah di apartemennya seperti Salat Tarawih dan sahur. Sedangkan buka puasa, kadang dia lakukan bersama teman-teman muslim lainnya di restoran tempat dia bekerja. Di Cabot, tidak ada tempat ramai untuk dijadikan buka puasa bersama. Karena di sana muslim adalah (sangat) minoritas dan juga, tidak ada masjid.

“Di sini (negara bagian Arkansas), masjid hanya ada dua. Satu di Little Rock ibukota Arkansas yang butuh waktu satu jam perjalanan dari Cabot. Satu lagi di Jonesboro, dua jam perjalanan”, kata Heru saat dihubungi suarasurabaya.net via telepon, Sabtu (9/5/2020).

Menurut Heru, bukan Covid-19 yang membuat Ramadan di Cabot berjalan seperti biasa, tapi jumlah muslim di sana sangat sedikit.

“Tapi kalau yang dirindukan ya buka puasa sama temen kerja. Selebihnya, gak ada bedanya”, tambahnya.

Heru bercerita, di restorannya, ada tiga muslim lain selain dirinya. Tapi setiap menjelang buka puasa, dirinya masak dengan jumlah besar dan rekan kerja lainnya juga ikut makan untuk menemani yang berpuasa.

“Jadi puasa 16 jam (04.50-20.00) diakhiri dengan seru”, kenangnya.

Sekadar diketahui, ada 6.100 kasus positif Covid-19 di Arkansas, dan pasien di Cabot ‘hanya’ 6 orang. Sejak pertengahan Maret, tempat ibadah ditutup di semua Amerika Serikat. Ada batasan jumlah orang berkumpul dan petugas berpatroli saat malam, meski tidak seketat di negara bagian New York dan Maryland.

Saat ini Heru banyak beraktivitas di apartemennya. Karena kebijakan di TV Kabel K 13, pekerja migran dirumahkan. Sedangkan restoran Jepang tempat dia jadi koki, ditutup.

Memang tidak semua restoran ditutup, hanya yang mengutamakan layanan dining. Beberapa tempat makan lain masih boleh buka, dengan syarat pembelian take away.

“Dulu gak bisa Salat Tarawih berjemaah karena masjid jauh dan minoritas. Sekarang punya banyak waktu karena gak kerja, tapi gak bisa (salat berjemaah) juga karena Covid-19”, katanya sambil tertawa.

Mengenang Ramadan Tahun-Tahun Lalu

Ramadan 2017 lalu, tahun pertamanya di Arkansas, Heru pernah mendatangi masjid di Islamic Center of Little Rock. Masjidnya besar, jemaahnya ramai dan aktivitasnya seru.

Dia bercerita, setelah berbuka dengan takjil, jemaah melakukan salat Magrib bersama, dilanjutkan dengan makan berat lalu tarawih. Muslim di sana datang darei berbagai negara. Mayoritas India-Pakistan, disusul Yaman-Maroko dan Indonesia.

Tahun berikutnya, 2018, Heru datang ke acara Ramadan dan Iedul Fitri yang diadakan KBRI Houston, negara bagian Texas. KBRI ini membawahi tujuh negara bagian termasuk Arkansas. Dengan tiga jam perjalanan dari Cabot menggunakan mobil, Heru berangkat ke sana.

Acaranya meriah. Ada pasar senggol, open house saat Iedul Fitri dan bisa ngobrol dengan banyak WNI dari negara bagian lain.

Tapi sekarang KBRI Houston tidak mengadakan aktivitas sama sekali. Imbauannya sama seperti pemerintah setempat dan dunia: menjaga jarak, tidak berkumpul, dan pakai masker jika keluar. (ham/ipg)

Berita Terkait

Surabaya
Kamis, 21 November 2024
32o
Kurs