Sosok Cak Durasim, adalah seniman sekaligus pejuang kelahiran Surabaya, yang terkenal karena keberaniannya menentang kekejaman pemerintah Nippon yang menjajah Indonesia ketika itu.
Lewat parikan dalam kidungannya, Cak Durasim melakukan perlawanan dengan caranya sendiri. Bahkan nyawanya melayang, gara-gara sikapnya itu. Bekupon omahe doro, melok Nippon tambah soro, dalam terjemahan bebasnya sepenggal parikan dalam kidungan Cak Durasim itu adalah perlawanan pada Jepang atau Nippon.
Oleh para seniman, terutama mereka yang berakrab dan berproses kesenian di Surabaya nama Cak Durasim tak ubahnya sebuah legenda keberanian. “Kami ingin mengabadikan nama itu. Satu diantara gedung yang ada di kompleks TBJ kita namai Gedung Cak Durasim. Demikian halnya dengan agenda seni tahunan yang kita gelar rutin, Festival Cak Durasim,” ujar Drs. PRIBADI AGUS SANTOSA Kepala Taman Budaya Jawa Timur (TBJ), Sabtu (03/11).
Selain untuk terus mengingatkan sosok Cak Durasim pada setiap generasi, pembuatan patung Cak Durasim di kompleks TBJ Jl. Gentengkali, juga dalam rangka memberikan apresiasi atau gambaran tentang seniman sekaligus pejuang tersebut.
Sabtu (03/11) finishing patung Cak Durasim terus dilakukan oleh sejumlah pekerja. Sosok patung Cak Durasim, terbuat dari cor-coran semen yang dicetak itu, dengan tinggi sekitar 2,5 meter. Cak Durasim diwujudkan dalam patung setengah badan, dan dibagian bawah dibuat marmer putih bertuliskan parikan kidungan Cak Durasim yang terkenal itu.
Patung Cak Durasim tersebut merupakan karya SANTOSO SETIJONO pematung asal Sidoarjo, alumnus ASRI (red: kini ISI Jogjakarta) tahun 1978. Patung tokoh seniman pejuang itu diletakkan tak jauh dari gedung Cak Durasim, dengan dikelilingi taman kecil disekitarnya.
“Kita rencanakan saat berlangsungnya Festival Cak Durasim 2007 nanti, sekaligus peringatan Hari Pahlawan, patung Cak Durasim sudah diresmikan,” terang PRIBADI AGUS SANTOSO pada suarasurabaya.net, Sabtu (03/11) dikantornya.(tok)