Dalam rangka menyambut Euro 2024 yang digelar 14 Juni-14 Juli nanti, Wisma Jerman Surabaya menghadirkan program hiburan bertajuk “Kino Wochenende” atau sinema akhir pekan dengan tema sepak bola.
Pada pemutaran film pertama yang diadakan di Wisma Jerman, Sabtu (16/3/2024), film “Der Ganz Grosse Traum” arahan sutradara Sebastian Grobler berhasil memukau penonton selama dua jam.
Dhahana Adi Asisten Program dan Budaya Wisma Jerman ketika ditemui pada Sabtu (16/3/2024) mengatakan, penayangan film berlangsung setiap dua bulan sekali.
“Kami berharap memberikan semacam tontonan alternatif hiburan untuk masyarakat Surabaya dan sekitarnya sebagai pengisi akhir pekan. Selain itu, program ini untuk menyemarakkan EURO 2024 dimana Jerman menjadi tuan rumah,” kata Ipung sapaan akrabnya saat ditemui suarasurabaya.net
Film yang dipilih untuk penayangan adalah film-film ringan yang tidak hanya menghibur tetapi juga memberikan pengetahuan tentang budaya, sejarah, dan kehidupan sosial di Jerman.
Film “Der Ganz Grosse Traum” mengambil latar belakang tahun 1874. Kala itu seluruh aktivitas ditentukan dengan kondisi sosial, begitu juga dengan sekolah.
Seluruh siswa mendapatkan pendidikan disiplin tinggi. Siswa yang melanggar peraturan diberikan hukuman yang cukup keras bahkan ada ruang isolasi ruang bawah tanah sebagai tempat hukuman.
Cerita dalam film ini diangkat dari kisah nyata tentang Konrad Koch yang memperkenalkan sepak bola di Martino-Katharineum Gymnasiun, Braunschweig, Jerman.
Konrad Koch yang diperankan oleh Daniel Bruhl seorang aktor ternama Jerman, merupakan seorang guru baru di sekolah kecil di daerah Brunswick, Jerman.
Ia baru pulang dari Inggris dan berharap bisa menjadi pelopor guru bahasa Inggris di sekolah yang sangat konservatif tersebut.
Konrad Koch mengambil langkah baru untuk mengajarkan kedisiplinan dan kebersamaan melalui pelajaran bahasa Inggrisnya yang sedikit berbelok menjadi pelajaran olahraga, yaitu sepak bola.
Sepak bola merupakan sebuah olahraga yang belum sempat di dengar oleh rakyat Jerman pada saat itu.
Meski dianggap sebagai sebuah olahraga cuci otak yang menyesatkan pada saat itu. Mamun Konrad Koch tetap setia mengajar murid-muridnya.
Menurut Konrad, melalui sepak bola tidak ada lagi kesenjangan sosial, si kaya dan si miskin bisa bermain berdampingan.
Selain itu, nilai-nilai moralitas yang tersimpan di olahraga ini, di mana fairplay adalah suatu pelajaran berharga yang bisa diaplikasikan ke semua aspek kehidupan. (ike/saf/iss)