Senin, 23 Desember 2024

Guru Besar Unesa Ingatkan Pentingnya Pembinaan Sepak Bola, Naturalisasi Hanya Jangka Pendek

Laporan oleh Risky Pratama
Bagikan
Imam Syafi'i Guru Besar di Fakultas Ilmu Keolahragaan dan Kesehatan Universitas Negeri Surabaya (FIKK Unesa). Foto: Risky suarasurabaya.net

Imam Syafi’i Guru Besar Fakultas Ilmu Keolahragaan dan Kesehatan Universitas Negeri Surabaya (FIKK Unesa) mengingatkan pentingnya pembinaan sepak bola dari usia dini untuk proyeksi jangka panjang.

Ia menyebut, langkah federasi untuk melakukan naturalisasi memang berdampak bagus pada perkembangan sepak bola Indonesia saat ini. Hal itu terbukti dengan adanya peningkatan yang dicatatkan Timnas di kancah Asia dan Kualifikasi Piala Dunia.

Bahkan secara peringkat, Indonesia juga merangkak naik dari tahun 2019 yang berada di posisi 173, tahun 2024 ini bisa menyentuh urutan 125, meskipun harus turun lagi ke peringkat 130 karena tumbang di Piala AFF.

“Tapi ini kan dalam jangka pendeknya. Kita sampai saat ini memang belum bisa menciptakan prestasi Timnas dengan pemain lokal,” katanya di Surabaya, Minggu (22/12/2024).

Ia mengatakan bahwa federasi perlu meningkatkan upaya dalam membangun sepak bola Indonesia yang kuat dari dalam, yakni dengan memberi perhatian lebih pada pembinaan hingga kompetisi yang berkualitas.

“Silakan naturalisasi, karena tadi saya katakan bahwa kita bisa meningkatkan prestasi, tapi sampai kapan itu? Kalau untuk jangka panjang, kemudian kita terus-menerus mengandalkan naturalisasi, pembinaan kita mau diarahkan ke mana?,” tuturnya.

Ia mengatakan, Indonesia tidak bisa secara terus menerus ketergantungan pada pemain naturalisasi, karena langkah tersebut hanya bisa dilakukan dalam waktu singkat.

Oleh karena itu, pihaknya ingin, PSSI mulai menata kembali persepakbolaan Indonesia, melihat kekurangan-kekurangan yang ada dan memperbaikinya. Sehingga, dalam jangka panjang skuad Garuda bisa terbangun dengan baik.

“Kalau pemerintah, dalam hal ini, PSSI, bisa mengidentifikasi apa yang menjadi penyebab kelemahan pembinaan usia dini, remaja, itu sesuatu yang bagus,” ujarnya.

Ia mengajak semua pihak untuk belajar dari negara-negara besar yang punya komitmen kuat dalam membangun sepak bola nasional. Ia mencontohkan seperti Jerman dan Jepang yang punya kurikulum tersendiri, sehingga ada panduan pembinaannya.

Selain itu, juga punya fokus untuk meningkatkan Sumber Daya Manusia (SDM) pelatihnya, serta memiliki kompetisi yang bagus.

“Dan yang penting adalah etos kerjanya. Ini kita bisa belajar ke Jepang. Apa yang dilakukan Jepang dengan kita mungkin sama, tapi yang berbeda dari etos kerja,” ucapnya.

Seperti diketahui, upayanya dalam mendorong sepak bola Indonesia untuk memperhatikan pembinaan sejak usia dini itu, ia tuangkan dalam riset yang berjudul “Naturalisasi, Antara Pergeseran Peradaban Global dan Tantangan Pembinaan Sepak Bola Nasional”. (ris/bil/ham)

Berita Terkait

Potret NetterSelengkapnya

Pohon Tumbang di Jalan Khairil Anwar

Mobil Tabrak Dumptruk di Tol Kejapanan-Sidoarjo pada Senin Pagi

Truk Tabrak Rumah di Palemwatu Menganti Gresik

Surabaya
Senin, 23 Desember 2024
27o
Kurs