Jumat, 22 November 2024

Cegah Dokter Gadungan di Klub Sepak Bola, PB IDI Tekankan Verifikasi Ketat dan Berlapis

Laporan oleh Risky Pratama
Bagikan
dr. Gregorius Yoga Panji Asmara asesor kompetensi Biro Hukum Pembinaan dan Pembelaan Anggota (BHP2A) Pengurus Besar Ikatan Dokter Indonesia (PB IDI) saat menyampaikan materi dalam zoom meeting, Selasa (6/2/2024). Foto: tangkapan layar dr. Gregorius Yoga Panji Asmara asesor kompetensi Biro Hukum Pembinaan dan Pembelaan Anggota (BHP2A) Pengurus Besar Ikatan Dokter Indonesia (PB IDI) saat menyampaikan materi dalam zoom meeting, Selasa (6/2/2024). Foto: tangkapan layar

Dokter Gregorius Yoga Panji Asmara asesor kompetensi Biro Hukum Pembinaan dan Pembelaan Anggota (BHP2A) Pengurus Besar Ikatan Dokter Indonesia (PB IDI) menekankan pentingnya verifikasi ketat seorang dokter.

Hal itu ia tekankan, agar tidak ada lagi kasus dokteroid atau dokter gadungan yang bisa lolos praktik di klub olahraga seperti sepak bola, mengingat telah ada kejadian di Timnas Indonesia dan klub profesional Liga.

“Kebutuhan dokter dalam olahraga secara utuh, ternyata dibutuhkan penatalaksanaan kedokteran olahraga yang terbaik, yang tentunya ini berkaitan juga di dalam aspek bagaimana mereka berolahraga,” katanya dalam zoom meeting, Selasa (6/2/2024).

Verifikasi itu, kata dia, harus dilakukan dengan melihat ijazah atau sertifikat profesi seorang dokter, serta surat tanda registrasi dokter sebagai bukti tertulis yang diberikan kepada tenaga medis dan tenaga kesehatan yang telah diregistrasi.

Jika ada yang memalsukan ijazah atau sertifikat profesi, data seorang dokter bisa diverifikasi ke IDI cabang setempat, mengecek status dokter tersebut di laman PDDikti https://pddikti.kemdikbud.go.id dan di https://idionline.org serta di https://kki.go.id/cekdokter/form untuk memastikan surat tanda registrasi, kemudian juga dengan mengecek Kartu Tanpa Penduduk (KTP) dokter tersebut.

“Verifikasi secara ketat dan berlapis menjadi basis fundamental perlindungan hukum bagi seluruh pihak. Pelayanan kedokteran adalah pelayanan khusus atau profesi, dengan kualifikasi kompetensi khusus,” katanya.

Upaya-upaya tersebut, kata dia, harus dilakukan untuk menghindari adanya dokter gadungan, memberikan pelayanan terbaik dan mencegah adanya kecelakaan olahraga yang bisa berdampak lebih buruk.

“Harus memberikan penatalaksanaan kedokteran olahraga yang terbaik dan membangun sistem kesehatan di lingkungan olahraga yang baik juga,” sebutnya.

Selain itu, ia juga mengatakan bahwa dokter yang bertugas di klub sepak bola harus sesuai kualifikasi kedokterannya dan tersertifikasi oleh PSSI.

Ia mengingatkan, sebagai bentuk kelengkapan medis, personel medis harus terdiri dari dokter tersertifikasi yang dibantu oleh delapan awak tandu dan sekurang-kurangnya dua ambulan.

Ruang medis di stadion untuk kepentingan darurat juga harus dilengkapi oleh fasilitas medis. Serta, sekurang-kurangnya harus ada dua rumah sakit rujukan minimal kelas B untuk kepentingan darurat.

Penyediaan fasilitas itu, wajib disiapkan oleh klub tuan rumah terhitung dua hari sebelum pertandingan hingga sehari setelah pertandingan. Jika tidak terpenuhi maka pertandingan dibatalkan dan klub tuan rumah dinyatakan kalah, sesuai dengan Pasal 48 Regulasi Liga 1 2020 PSSI.

“Saya mengapresiasi PSSI karena harus ada dokter dalam penyelenggaraannya. Tetapi harus ada perbaikan terus menerus untuk mencegah kemungkinan-kemungkinan dokter gadungan ini,” ucapnya.

Seperti diketahui, polisi baru saja menangkap Erwizan Aminudin dokter gadungan di rumahnya di Cibodas, Bogor, Rabu (24/1/2024). Sebelumnya, Elwizan telah bertugas delapan tahun menjadi dokter gadungan. Selama kurun waktu itu, Elwizan telah menangani sembilan klub sepak bola di Indonesia dan Timnas Indonesia U-19.(ris/azw/ipg)

Berita Terkait

Surabaya
Jumat, 22 November 2024
35o
Kurs