Ahmad Riyadh Ketua Asosiasi Provinsi (Asprov) PSSI Jawa Timur menyatakan, cabang olahraga (Cabor) sepakbola Jawa Timur terancam absen dalam perhelatan PON XXI tahun 2024 karena minimnya anggaran.
Riyadh menilai, Komite Olahraga Nasional Indonesia (KONI) Jatim tidak serius dalam mempersiapkan tim cabor sepakbola, yakni hanya menyiapkan anggaran 20 persen dari pengeluaran PON XX.
Sehingga ia menyebut, Asprov PSSI Jatim terpaksa mengirim surat tertanggal 5 Juni 2023 kepada M. Nabil Ketua Umum KONI Jatim, setelah hasil pertemuan tanggal 25 Mei 2023 yang membahas tim sepakbola Jatim di PON XXI, melenceng dari komitmen menarget hasil yang maksimal.
“Bagaimana bisa mempersiapkan tim dengan baik, kalau anggaran untuk membayar pelatih hanya lima juta dan pemain satu juta, dipotong pajak. Itu pun biaya makan, akomodasi, dan lapangan latihan pemain tidak ditanggung oleh KONI Jatim,” ungkapnya, pada Selasa (6/6/2023) usai meninjau Stadion Gelora Bung Tomo (GBT) Surabaya.
Lebih lanjut, ia juga mengatakan bahwa anggaran untuk PON XXI sangat jomplang dengan PON XX, yakni tercatat untuk pelatih kepala sebesar 25 juta, asisten pelatih 5 juta, anggota tim 4 juta, dan pemain 3 juta, serta biaya makan, akomodasi, sewa lapangan latihan pemain ditanggung KONI Jatim.
“Kita realitas saja. Kalau dalam kondisi Covid-19 saja sebesar itu, masak dalam kondisi normal malah dipangkas hingga 80 persen. Maka, kalau sampai pertengahan Juni ini belum ada respon dan titik temu mengenai penambahan anggaran, maka Asprov PSSI Jatim belum bisa menyiapkan tim untuk ajang Pra PON XXI,” ulasnya.
Sementara itu, Amir Burhanuddin Wakil Ketua Asprov PSSI Jatim mengatakan, dengan anggaran yang kecil, menurutnya akan menemui banyak kendala bagi Asprov PSSI Jatim untuk mempersiapkan tim yang kuat, solid, dan juga dengan target maksimal.
“Hingga saat ini PSSI Jatim belum memiliki gambaran, untuk menentukan official, mulai dari pelatih kepala, asisten pelatih, hingga komposisi pemain. Padahal, 30 Juni 2023 ini batas akhir pendaftaran pemain dan official. Kan tidak masuk akal, kalau di PON XX situasi pandemi bisa membayar pelatih kepala 25 juta, sekarang hanya 5 juta,” ujarnya.
Dalam kesempatan itu, ia juga mengatakan bahwa tim sepakbola Jatim merindukan bisa memperoleh medali emas, setelah 15 tahun selalu gagal dalam upaya mengulang kesuksesan dalam meraih prestasi. Yang mana, terakhir tim Jatim meraih emas pada PON 2008, era pelatih Aji Santoso dan pemain seperti Andik Vermansyah.(ris/iss/faz)