Jumat, 22 November 2024

Tim Sepak Bola Amputasi Surabaya Berjuang Dalam Keterbatasan

Laporan oleh Manda Roosa
Bagikan
Persatuan Sepakbola Amputasi Surabaya sedang berlatih di lapangan Ketintang, Jumat (18/3/2022). Foto: Manda Roosa suarasurabaya.net

Lapangan sepak bola di jalan Ketintang, sore itu mendung tebal. Tiga orang pria menggunakan bantuan tongkat terlihat bersemangat mencoba memasukan bola ke gawang.

Riuh rendah teriakkan ketika bola masuk ke gawang, sesekali  ganti teriakan penyesalan saat bola melesat jauh dari gawang.

Tak seperti sepak bola pada umumnya, semua pemain ini hanya memiliki satu kaki yang normal, ada yang karena cacat bawaan sejak lahir dan ada yang karena kecelakaan.  Semuanya serius berlatih, tak main-main karena latihan rutin yang dilaksanakan seminggu sekali ini sebagai persiapan  Turnamen Piala Gubernur DKI Jakarta yang akan dilaksanakan bulan Juni 2022 mendatang.

Abdul Syakur Sekretaris Persatuan Sepakbola Amputasi Indonesia (PSAI) Askot Jatim memperhatikan dari kejauhan. Ia mengeluhkan betapa sulitnya mencari lapangan untuk latihan rutin.

“Mencari  lapangan untuk bermain sulit sekali karena ada yang dipakai latihan sepak bola anak-anak sekolah, kalau Sabtu – Minggu juga tidak memungkinkan karena juga digunakan untuk warga sekitar lapangan,” tuturnya.

Kendala lain, beberapa taman dan lapangan masih banyak yang ditutup karena masih PPKM level dua.  Keluhan ini juga sudah disampaikan ke Armuji  Wakil Wali Kota Surabaya. “Kami sedang menunggu kabar lebih lanjut,” katanya.

Permainan sepak bola dari teman-teman Persas satu team ada tujuh orang, satu kiper dan enam pemain belakang, tengah dan depan. “Jumlah pemain kami ada tujuh orang, beda dengan sepak bola umum yang ke-sebelasan, kami hanya bertujuh.” selorohnya.

Untuk kiper juga memiliki kriteria tertentu.  “Untuk kiper dipilih pemain  yang tangannya diamputasi  atau tangannya lumpuh, atau tangannya sejak lahir kecil dan satunya normal tapi kakinya normal,” jelasnya.

Keterbatasan bukan halangan meraih prestasi besar.. Ini menjadi semangat bagi Persas berlatih keras untuk persiapan turnamen Juni 2022. Foto: Manda Roosa suarasurabaya.net

Permainan juga berbeda dengan sepakbola pada umumnya. “Hands Ball, jika pemain sengaja menggunakan tongkat untuk menghentikan bola, tapi kalau tidak sengaja kena pantulan tidak apa-apa. Tidak ada offset juga,” terangnya.

Abdul Syakur menuturkan jika awalnya terbentuk Persas, dari Perkumpulan Sepak Bola Amputasi Madura yang terbentuk setahun yang lalu. “Kebetulan akhir  Januari ada Liga Satu Nasional,  di Jember berhasil meraih juara tiga, dari sini dua  orang pemainnya ada yang berasal dari Surabaya terlecut membentuk untuk Surabaya. Lalu kami sama-sama cari pemain, cari tambahan siap yang mau mengurusi, akhirnya terbentuklah Persatuan Sepak Bola Amputasi Indonesia,” kisahnya.

Saat ini, ia mengaku kekurangan pemain. Niatnya ia akan mencari pemain ke sekolah inklusi tingkat SMP, SMA dan Univeritas. “Saya yakin di sini banyak bibit bibit unggul,” katanya optimis.

Tim Persas dilatih oleh pelatih profesional. “Kebetulan teman saya sendiri, sejak awal saya meminta bantuannya karena memang dia pemain bola. Awalnya dia tidak percaya kalau teman-teman yang kakinya diamputasi ini bisa bermain bola, setelah melihat video yang saya kirimkan, dia terkejut melihat penampilan teman-teman. Akhirnya dia setuju melatih karena ini baginya ini tantangan,  meski sejak awal saya tegaskan  tidak ada budget yang sama sekali,” katanya.

Kini, meski belum ada support terhadap Persas, karena baru dibentuk pada 25 Febuari 2022, Abdul Syakur tetap berkomitmen untuk terus berlatih bersama teman-temannya. “Karena keterbatasan fisik tidak akan menghalangi meraih prestasi,” tegasnya.(man/ipg)

Berita Terkait

Surabaya
Jumat, 22 November 2024
29o
Kurs