Sabtu, 23 November 2024

Qatar Diterpa Berbagai Isu, FIFA Jamin Siapa pun Boleh Datangi Piala Dunia 2022

Laporan oleh Agustina Suminar
Bagikan
Mantan pesepak bola Prancis Marcel Desailly, CEO Hublot Ricardo Guadalupe dan Presiden FIFA Gianni Infantino berpose bersama jam Piala Dunia dalam acara satu tahun sebelum kickoff Piala Dunia Qatar 2022, di Corniche Fishing Spot, Doha, Qatar, pada 21 November 2021. Foto: Reuters/Ibraheem Al Omari

Gianni Infantino Presiden FIFA mengatakan semua orang boleh mendatangi Qatar untuk Piala Dunia 2022, setelah Qatar diterpa berbagai isu kontroversial seperti undang-undang anti-LGBTQ yang ditetapkan Qatar, kesejahteraan pekerja migran dan tudingan korupsi.

Pertandingan pembuka akan berlangsung 21 November mendatang di Stadion Al Bayt yang berkapasitas 60.000 orang. Kepala badan sepak bola dunia itu pun mendesak agar penggemar sepak bola LGBTQ dan semua orang boleh menghadiri turnamen ini.

“Kita tak boleh beranggapan seandainya kita diam di rumah saja dan hanya mengkritik, maka segalanya bakal berubah. Segalanya sudah membaik. Segalanya akan terus membaik,” kata Infantino seperti dikutip Reuters dilansir Antara, Senin (22/11/2021).

Dalam acara satu tahun sebelum kickoff Piala Dunia Qatar 2022, di Corniche Fishing Spot, Doha, Qatar, Minggu (21/11/2021), bintang-bintang sepak bola seperti David Beckham dan Samuel Eto’o menyaksikan pertunjukan drone dari dermaga di West Bay Doha.

Namun di sela-sela acara, para pejabat bersikap defensif dalam isu-isu penting yang telah mengganggu turnamen ini selama bertahun-tahun.

Nasser Al Khater CEO Piala Dunia 2022 membela dengan mengatakan “Qatar sudah diperlakukan dan diadili secara tidak adil, diperlakukan tidak adil bertahun-tahun,” kata Al Khater.

Dia membantah tuduhan Departemen Kehakiman AS bahwa suap telah dibayarkan untuk mengamankan suara ketika Qatar dianugerahi hak menjadi tuan rumah Piala Dunai ini pada 2010.

Amnesty International baru-baru ini mengatakan bahwa reformasi perburuhan di Qatar belum memperbaiki kehidupan pekerja. Praktik-praktik seperti menyandera gaji dan meminta pekerja berganti pekerjaan masih menjadi hal yang biasa dilakukan. Pemerintah Qatar menolak temuan Amnesty International ini.

Pada Jumat, Organisasi Buruh Internasional (ILO) mengatakan Qatar tidak cukup menyelidiki dan melaporkan para pekerja yang meninggal dunia di negara itu.(ant/tin/rst)

Berita Terkait

Piala Dunia 2022 yang Terakhir untuk Neymar


Surabaya
Sabtu, 23 November 2024
33o
Kurs