Pembahasan mengenai perubahan kedua Peraturan Daerah no 13 tahun 2010 tentang Retribusi Pemakaian Kekayaan Daerah menuai pro kontra. Buntutnya, tarif sewa Stadion Gelora Bung Tomo (GBT) akan naik belasan kali lipat menjadi 400-an juta per harinya. Alfian Limardi, anggota Komisi B DPRD Surabaya dari Fraksi Partai Solidaritas Indonesia (PSI) menolak usulan tersebut. Pasalnya, Pemkot perlu memperhatikan lagi aspek ekonomi dan sosio-kultural yang Persebaya berikan untuk warga Surabaya.
“Keberadaan Persebaya memiliki peranan penting, tidak hanya membantu menggerakkan perekonomian, tetapi secara sosio-kultural Persebaya punya pendukung yang loyal. Kami menyayangkan penetapan besaran tarif yang kurang terbuka dari tim appraisal. Memang ada urgensi bagi Pemkot untuk memperbarui besaran retribusi dan menetapkan tarif untuk gedung-gedung baru yang dibangun. Namun idealnya perlu ada survey kemampuan dan kesediaan membayar tiket warga Surabaya, karena kenaikan tarif ini akan berimbas ke kenaikan harga tiket,” ujar Alfian, yang juga anggota Pansus perubahan Perda ini.
Selain dari kenaikan harga tiket, ada kekhawatiran jika Persebaya tidak mampu membayar sewa yang ditetapkan, opsi yang akan dipilih adalah hengkang ke stadion lain. Kedua pilihan ini tentunya tidak menguntungkan bagi warga Surabaya yang berpotensi kehilangan manfaat ekonomis dan manfaat sosio-kultural dari Persebaya.
Secara ekonomi, kehadiran Persebaya tentu memberikan input positif untuk percepatan pemulihan ekonomi. Animo Bonek (suporter Persebaya) untuk menonton langsung di stadion merupakan salah satu yang tertinggi di Indonesia. Pembayaran uang tiket, retribusi parkir, pembelian makanan dan merchandise, serta uang transportasi semuanya akan berputar dan memberikan manfaat di Surabaya jika Persebaya berkandang di GBT.
Lebih dari itu, Persebaya juga punya peranan penting secara sosio-kultural bagi warga Surabaya. Menyaksikan Persebaya bermain bisa menjadi sarana rekreasi, sarana menanamkan nilai sportifitas, semangat berkompetisi, kampanye hidup sehat, dan yang paling penting adalah sebagai sarana menunjukkan identitas diri mendukung klub kebanggaan.
“Sekali lagi saya sampaikan Persebaya itu punya nilai yang sangat besar tidak hanya secara ekonomi, tetapi juga sosial dan budaya. Tugas kita sebagai pemerintah adalah menjaga nilai-nilai ini dan mendukung tumbuhnya industri, termasuk industri olahraga. Keputusan ini menyangkut hajat hidup orang banyak, Pemkot perlu mengkaji ulang besaran sewa agar tidak memberatkan,” pungkas Alfian. (bud/frh/ipg)