Jumat, 22 November 2024

Pelatih Akui Windy Cantika Aisah Sebagai Sosok yang Disiplin

Laporan oleh Dhafintya Noorca
Bagikan
Dirdja Wihardja Kepala Pelatih Angkat Besi Indonesia dalam sambungan zoom bersama Suara Surabaya, Minggu (25/7/2021). Foto: Redaksi suarasurabaya.net

Windy Cantika Aisah lifter putri Indonesia berhasil menyumbangkan medali pertama bagi tim Merah Putih dalam Olimpiade Tokyo, yang digelar hari Sabtu, (24/7/2021).

Windy yang turun di kelas 49 kilogram itu meraih medali perunggu setelah mencatat total angkatan 194 kilogram, dengan snatch 84 kilogram dan clean and jerk 110 kilogram.

Dirdja Wihardja Pelatih Kepala Angkat Besi Indonesia mengatakan, prestasi yang diraih anak didiknya sangat membanggakan. Menurutnya, Windy berhasil meneruskan tradisi tim angkat besi yang tak pernah absen membawa pulang medali sejak tahun 2000.

Dia mendeskripsikan Windy adalah sosok atlet yang disiplin dan punya gaya hidup seorang juara.

“Windy orangnya disiplin. Lifestyle-nya sang juara harus gitu. Kita kan udah ada juklaknya. Jam 6 bangun tidur, senam makan istirahat. Terus jam 9 latihan, istirahat siangnya. Atlet kelas dunia mesti gitu. Jam 9 malem HP udah kumpul semua,” kata Dirdja dihubungi Radio Suara Surabaya, Minggu (25/7/2021).

Dia bercerita, sewaktu ada pengumuman Olimpiade Tokyo ditunda karena pandemi Covid-19 masih mewabah tahun lalu, Windy termasuk salah satu atlet yang mentalnya drop.

“Juli tahun lalu udah ready bener. Windy udah ready. Lalu awal April diumumkan ditunda. Windy lebih keliatan drop. Windy di bulan Maret udah on fire bisa ngangkat lebih dari yang sekarang. Bisa total 200 (kilogram), begitu ada pengumuman sedikit menurun,” terangnya.

Target khusus Windy di Olimpiade Tokyo kali ini adalah meraih medali. Kata Dirdja, hal ini dikarenakan jalan yang dilalui atlet berusia 19 tahun tersebut cukup panjang dan berat.

“Soalnya level olimpiade persaingan untuk lolos kualifikasi aja Windy ikut 6 kejuaraan baru bisa lolos. Dengan persaingan dan nilai poin yang sangat berat, dengan waktunya juga dua bulan sekali ada kejuaraan. Harus ikut ini itu. Kita harus mengatur performance dan harus lebih baik. Nilai di kualifikasi harus progress,” papar Dirdja.

Windy pun sempat dinyatakan positif Covid-19 meski termasuk orang tanpa gejala (OTG). Namun ini tak mematahkan semangatnya.

Kemudian tim angkat besi mempersiapkan babak kualifikasi yang dimulai di bulan Maret, dan bulan Mei porsi latihan Windy Cantika terus ditambah.

“Kita setiap bulan mengukur massa lemak dan massa otok. Makan kita atur, khusus yang buat olimpiade ada makanan tambahan steak seberat 2 ons tiap hari,” ujarnya.

Saat ditanya negara mana yang paling berat untuk dikalahkan? Dirdja menjawab China.

“Kualifikasi olimpiade maksimal negara harus 4 putra 4 putri. China lolos 6 jadi harus memangkas 2. Dia (China) training center-nya kontinyu, ga ada putus. Paling ya akhir tahun dikasih libur satu minggu, jadi performance gak turun,” jelas Dirdja.

Dia mengakui, prestasi yang diperoleh Windy adalah prestasi bersama dari semua tim.

“Kita semua kerja keras, kerja sama-sama. Ada ahli masseur, ahli gizi, fisioterapi semua kita libatkan. Ada masukan buat pelatih jadi program lebih detil dan akurat,” katanya.

Sebagai reward, dia memperbolehkan Windy untuk makan apa yang diinginkannya.

“Ibaratnya sekarang ini yang kemarin kamu perjuangkan, kamu tahan. Persiapan 3 bulan kontinyu ga hape, ga makan gorengan, ga boleh mie ramen. Ya sudah sekarang ya di sini aja ya besok jangan lagi,” lanjutnya sambil tertawa kecil.

Setelah Olimpiade Tokyo, Asian Games menanti. Meski juga mengalami penundaan, tim angkat besi tak akan putus berlatih. Namun porsi latihan yang diberikan, kata Dirfja, bersifat fun.

“Kita mengutamakan latian khusus mengatasi kekurangan dan menghilangkan kejenuhan. Latihannya yang bersifat fun aja biar menghilangi kejenuhan seperti bulu tangkis biar dia enjoy. Kalau angkat besi sambil ketawa ya gak bisa.”(dfn)

Berita Terkait

Surabaya
Jumat, 22 November 2024
29o
Kurs