M Nabil Wakil Ketua Komite Olahraga Nasional Indonesia (KONI) Jatim mengatakan, seorang atlet dan wirausahawan sebenarnya punya filosofi yang sama, yakni insting dan usaha mengalahkan lawan.
Dia sampaikan itu kepada Radio Suara Surabaya saat membahas program UC Sportpreneur Academy, hasil kerja sama KONI Jatim dengan Universitas Ciputra Surabaya untuk membekali atlet ilmu bisnis dalam mempersiapkan diri di masa mendatang, Sabtu (6/11/2021) siang.
“Filosofi dasarnya banyak kecocokan, ada kesungguhan, keseriusan, insting, konsentrasi menang dari lawan. Cuma ini tinggal soal kemampuan dan kemauan. Kasihan kalau atlet-atlet tidak bisa mengelola bonus dengan baik,” kata Nabil.
Dengan pembekalan ilmu berbisnis, para atlet dapat lebih mandiri secara ekonomi setelah tidak lagi berkecimpung di dunia olahraga. Program jangka pendeknya, diharapkan atlet yang mendapat kucuran bonus di laga-laga pertandingan, mampu mengalokasikan uangnya agar berguna dalam jangka panjang.
“Uang itu mau diapakan? Kasihan kalau enggak diputer dalam bisnis yang benar. Mereka biasanya beli tanah atau aset apa pun, tapi biasanya tidak permanen,” lanjutnya.
Nabil mengatakan, program UC Sportpreneur Academy ini sudah berjalan dua batch dan akan jalan batch ketiga. Untuk saat ini, KONI Jatim masih melakukan pendataan terhadap atlet baik yang menang dalam pertandingan PON maupun hanya berpartisipasi saja.
“Kami menyiapkan atlet-atlet yang sudah purna, maksimal (usia) mayoritas 30 tahun. Maka kita persiapkan sebagai pengusaha,” kata Nabil.
Menurutnya, program ini disambut baik oleh para atlet dan banyak atlet yang tidak ingin melanjutkan karier di bidang olahraga (seperti menjadi pelatih), sangat antusias dengan program tersebut.
Dalam program tersebut, atlet akan diberi pelatihan tentang bagaimana mengembangkan usaha, menyusun modal awal, mencari market (pasar) hingga bekerjasama dengan pihak lain untuk pengembangan bisnis.
Apalagi, selama ini juga sudah banyak atlet yang juga memiliki usaha. Maka dengan UC Sportpreneur Academy ini, bisnis yang mereka jalankan bisa lebih berkembang.
“Memang atlet ini ada yang jual jamu, jersey, kopi. Tapi kan ada bedanya penjual kopi yang di-training dengan tidak. Karena mereka ini pemula, bukan pebisnis besar. Tapi dengan inspirasi yang baru, harus bisa dengan kepercayaan dirinya,” paparnya.
Sebelumnya, program UC Sportpreneur Academy tersebut adalah program pengembangan bisnis kepada atlet di Jawa Timur yang pertama kali diselenggarakan pada tahun 2019 lalu.
Muhammad Ali Afandi Wakil Ketua Umum I KONI Jatim menyampaikan, program ini merupakan program andalan untuk memfasilitasi para atlet di masa depan, mengingat banyak atlet-atlet yang dulu pernah berprestasi namun hidupnya kurang sejahtera usai berhenti jadi atlet.
Selain itu, ia mengatakan bahwa saat ini entrepreneurship adalah mindset bagaimana untuk berusaha secara mandiri tanpa harus menjadi karyawan yang ada batas waktunya. Dengan program ini, ia berharap muncul entrepreneur baru yang akan menggerakkan roda ekonomi dan membuka lapangan kerja bagi banyak orang.(tin/den)