Sabtu, 23 November 2024

Anggaran Dipotong, Prestasi Jatim Terancam di PON Papua

Laporan oleh Budi Leksono
Bagikan
puslatda-atlet-tinju-pon-jatim Atlet tinju mengikuti Puslatda Pon Jatim. Foto: Humas Koni Jatim

Sudah jatuh tertimpa tangga pula nasib para peserta Pemusatan Latihan Daerah (Puslatda) Jawa Timur proyeksi Pekan Olahraga Nasional (PON) XX 2021 Papua. Pasalnya, anggaran yang sebelumnya sudah ditetapkan Rp192 miliar kembali dipotong oleh Pemerintah Provinsi (Pemprov) Jawa Timur sebanyak Rp23 miliar, sehingga tersisa Rp169 miliar.

Hal tersebut akan memberi dampak lebih dalam lagi, karena Komite Olahraga Nasional Indonesia (KONI) Jatim bisa mengubah komposisi anggaran untuk Puslatda kali ini. Mulai dari pembatalan training camp (TC) luar negeri, pembatalan try out (TO) luar negeri, bahkan mungkin bisa memotong uang makan dan gaji atlet, dan bisa jadi akan mengurangi pengiriman cabor yang akan diberangkatkan ke Papua.

Jeffry Tagore Pelatih Angkat Besi Jatim, salah satu yang menyampaikan kekecewaannya terhadap pemotongan ini. Pasalnya, anggaran tersebut akan sangat berpengaruh pada persiapan Puslatda agar dapat menjawab tantangan menjadi juara umum PON.

“Saya dengar tadi bahwa anggaran akan dikurangi, sedangkan saya posisi baru pulang dari Batu untuk TC kita sudah ajukan permohonaan TC tiga bulan karena setiap PON finishing di sini dan hasilnya selalu mencapai target. Kalau ada berita TC akan dihilangkan jadi pukulan telak bagi kita, gak hanya PABSI tapi semua cabor pasti akan teriak karena kami ditarget emas,” kata Jeffry, Jumat (23/4/2021).

Atlet biliar mengikuti Puslatda Pon Jatim. Foto: Humas Koni Jatim

Menurutnya, untuk mencapai target tiga emas cabor angkat besi, lalu dua emas cabor binaraga, dan satu emas cabor angkat berat bukan hal yang mudah. Dibutuhkan program tambahan seperti TC dan try out untuk mengasah kemampuan atlet. Khususnya try out akan mengasah mental atlet dalam bertanding. Jika anggaran kemudian terpotong dan membuat program tambahan ini program yang sudah dibuat sejak lama untuk membentuk atlet berprestasi akan sia-sia, mengingat atlet sudah berjuang mati-matian.

“Kita sudah habisan-habisan fokus, lalu di ujung gini TC dihilangkan ya hilang, gaji dikurangi ini keputusuan kurang bijaksana bagi olahraga di Jatim. Harusnya Pemprov Jatim mendukung prestasi atlet di luar konteks pandemi dan lain-lain,” katanya.

Kata Jeffry, pemerintah enak hanya berperan di belakang meja tanpa mengetahui kondisi atlet. Terutama tim pelatih yang harus betul-betul menjaga semangat atlet. “Bisa-bisa atlet berangkat tanpa semangat, bisa dapat medali syukur tidak dapat pun syukur. Ini jauh sekali dengan rival kita Jawa Barat dan DKI Jakarta sudah merancang program ke luar negeri, nah kita disarankan dalam negeri saja. Kami harap pemerintah dapat lebih bijak membuat keputusan,” pungkasnya.

Senada dengan Jeffry, M Riyadh pelatih Selam Jatim, mengaku kaget dengan informasi tersebut. Ia berharap kebijakan pemotongan anggaran agar dibatalkan karena akan sangat berdampak pada atlet. Terutama selam Jatim yang jadi andalan membawa pulang emas terbanyak dengan target 14-15 emas. “Tentu akan sangat mengganggu program latihan. Apalagi persaingan sekarang tidak seperti empat tahun lalu (PON XIX 2016 di Jabar), sekarang lebih merata,” ungkapnya.

Karena itu, untuk meningkatkan potensi atlet selam Jatim sudah berencana TC di Tiongkok atau Rusia. Hal itu penting karena atlet bisa berlatih dan bertanding bersama dengan atlet dan suasanya yang berbeda.(bud/ipg)

Berita Terkait

Surabaya
Sabtu, 23 November 2024
26o
Kurs