Kompetisi lari Full Marathon di jalan raya cukup menjamur beberapa tahun belakangan. Sebut saja Surabaya Marathon, Borobudur Marathon, Toraja Marathon, atau Jakarta Marathon.
Di Surabaya, sejumlah pecinta olahraga lari menggelar event yang cukup unik. Bertajuk Hamster Run Challenge, pelari diajak berlari sejauh 42 kilometer dengan cara mengitari Lapangan THOR Surabaya sebanyak 105 kali.
Sri Wahyuni Ketua Pelaksana menjelaskan, mereka ingin mengenalkan pada para pecinta lari, bahwa lari marathon di lintasan lebih aman daripada jalan raya, terutama untuk melatih fisik sekaligus mental.
“Ini untuk ngelatih, bukan hanya fisik, tapi juga mental. Dilatih di sini. Yang terlihat podium (juara, red) pun, belum tentu bisa podium di sini. Belum tentu juara. Tergantung mentalnya, tergantung manajemen waktunya dari awal sama akhir,” ujar Sri ditemui di lokasi pada Sabtu (29/2/2020).
Event ini diikuti 25 pelari dari berbagai komunitas lari di Indonesia, seperti Surabaya, Malang, Tangerang, Makassar, Mojokerto, dan Bali. Mereka yang ikut, harus memenuhi syarat tertentu dan diberlakukan sistem rangking untuk memilih 15 pelari putra dan 10 pelari putri.
“Syaratnya, harus bisa atau pernah finish FM (Full Marathon) Marathon itu 5 jam. Di sini CoT (Cut off Time) nya muter 105 lap, itu 5 jam 30 menit. Lebih kejam daripada race umumnya yang memberi COT 7 jam. Selain tantangan kebosanan, ada time yang ketat,” jelasnya.
Kebosanan menjadi kunci tantangan event ini. Itu juga diakui oleh Ivan Martinus peraih posisi pertama putra dan Jenny Hartanto peraih posisi pertama putri.
Ivan Martinus dari Komunitas PHP Runners mencatatkan raihan waktu 3 jam 16 menit. Ia mengaku, melawan rasa bosen bukan hal mudah. Terlebih ini pengalaman pertamanya lari marathon dengan model putaran di lapangan.
“Waduh, rasanya seperti apa ya, kalau hamster kan kalau sendirian bosen, ini mumpung rame-rame. Jadi ya, ini merupakan satu challenge bagi saya. Saya FM (Full Marathon) baru ini kedua. Sebelumnya di Borobudur Marathon tahun 2018. Ini yang kedua,” jelasnya.
Selain bosan karena harus melintasi trek yang sama berkali-kali, panasnya Surabaya menjadi tantangan tertentu yang harus dihadapi.
Senada, Jenny Hartanto dari komunitas WeRun Surabaya mengatakan hal serupa. Meraih catatan waktu 3 jam 42 menit, ia harus mengatasi rasa bosan selama berlari.
“Tantangannya itu mengatasi rasa bosan. Karena muter trek yang sama. Rutenya sama terus selama 105 kali. Ini pertama kali saya. Ya harus konsisten. Udah. Jangan bosen aja,” katanya.
Ia mengaku terbantu dengan dukungan semangat dari komunitasnya yang berjaga di pinggir lintasan. Baginya, dukungan seperti itu penting untuk membuatnya melanjutkan kompetisi.
Kompetisi lari ini berlangsung sangat kompetitif. Meski sebagian pelari nampak sudah sangat kelelahan, tidak ada satupun yang memilih mengakhiri lomba. Bahkan, seorang pelari putri dari komunitas RGO Malang yang sempat mengalami kram di putaran 100 memilih kembali melanjutkan race setelah mendapat penanganan. Berlari sedikit pelan dari sebelumnya, ia akhirnya berhasil mencapai target 105 putaran.(bas/tin/ipg)