Sabtu, 23 November 2024

IeSPA: Esport Berpeluang Jadi Olahraga Resmi

Laporan oleh Agung Hari Baskoro
Bagikan
Angki Trijaka Wakil Ketua Indonesia Esport Association (dua dari kiri) dan beberapa pembicara lain pada Seminar Nasional Hari Pers Nasional (HPN) 2019 yang digelar di Hotel Garden Palace, Surabaya pada Kamis (7/2/2019). Foto: Baskoro suarasurabaya.net

Angki Trijaka Wakil Ketua IeSPA (Indonesia Esport Association) mengatakan, keterbukaan zaman memungkinkan esport (electronic sport) kini menjadi olahraga resmi yang diakui pemerintah. Esport juga bakal ditandingkan secara resmi pada Asian Games 2022 yang akan digelar di Hangzhou, China.

Tak hanya dipertandingkan secara resmi pada Asian Games 2022, pada Sea Games 2019 di Manila, Filipina yang akan datang, cabang olahraga Esport juga akan secara resmi dipertandingkan.

“Sea Games 2019 Manila, kita kontingen resmi, official. Kalau di Asian Games dulu kan masih eksibisi. 2022, juga sudah official, Asian Games di Hangzhou, Cina,” ujar Angki ketika menjadi pembicara pada Seminar Nasional Hari Pers Nasional (HPN) 2019 yang digelar di Hotel Garden Palace, Surabaya pada Kamis (7/2/2019).

Pengakuan esport sebagai cabang olahraga resmi tak lepas dari keterbukaan zaman yang terjadi saat ini. Dengan revolusi media digital yang ada, esport menjadi fenomena yang perlu ditangkap sebagai cabang olahraga resmi setara dengan olahraga konvensional lain.

Meski begitu, perjuangan para atlet esport ini hingga diakui oleh pemerintah, tak pernah mudah. Angki menyebut, ia dan teman-temannya banyak mendapat penolakan ketika meminta pengakuan atas esport sebagai cabang olahraga resmi pada pemerintah.

Namun, saat itu ia tidak menyerah dan membuktikan prestasi esport Indonesia di kancah pertandingan dunia. Akhirnya, tim ‘Guardian Force’ yang ia gawangi berhasil menjadi juara dunia tiga kali berturut-turut selama dalam kurun waktu 2013-2015.

“Akhirnya 2014 bikin IeSPA yang akhirnya diakui oleh negara. Esport akhirnya jadi olahraga resmi pemerintah,” katanya.

Ia juga menegaskan, saat ini banyak atlet esport yang berhasil secara prestasi dan materi. Sehingga, orang tua yang mengetahui anaknya memiliki bakat di bidang tersebut dan ingin menekuninya, tidak perlu khawatir.

“Siapa sekarang yang tidak kenal Jess No Limit dan Muhammad ‘Lemon’ Ikhsan? Semuanya tau kan ya pasti? bayangkan, Jess no limit, hanya main ML (Mobile Legend, red) aja bisa beli Ferrari,” katanya pada peserta seminar yang hadir.

Ia juga menjelaskan, bahwa ada dikotomi jelas antara pemain gim dan atlet esport. Menurutnya, pemain gim di Indonesia jumlahnya banyak sekali. Mereka adalah orang-orang yang gemar bermain gim untuk kesenangan dan biasanya bermain dengan teman-teman mereka.

“Tapi atlet esport sama dengan atlet lain. Ada waktu latihan, istirahat, tanding, dan lain-lain. Dikotomi antara pemain games dengan atlet esport sangat jauh,” pungkasnya. (bas/wil/tin)

Berita Terkait

Surabaya
Sabtu, 23 November 2024
26o
Kurs