Arema FC berhasil menahan imbang Persebaya di kandangnya di Stadion Gelora Bung Tomo, Selasa (9/4/2019). Hujan botol air mineral dan asap flare terjadi di Stadion Gelora Bung Tomo (GBT) di akhir pertandingan leg pertama Piala Presiden 2019.
Pertandingan Final Piala Presiden 2019 leg pertama antara Persebaya melawan Arema FC berakhir imbang dengan skor 2-2 hingga menit ke-90+5.
Sempat unggul lebih dulu di babak pertama sebelum Arema FC menyamakan kedudukan di babak yang sama, sebenarnya Persebaya sempat mengubah keadaan di babak kedua.
Memaksimalkan peluang pelanggaran terhadap Amido Balde di Kotak Penalti, Damien Emanuel Lizio Penyerang Persebaya berhasil mengeksekusi hadiah penalti dengan sangat baik di menit ke-72.
Tapi tidak bertahan lama, di menit ke-78 Miswar Saputra penjaga gawang Persebaya kebobolan lagi. Tendangan bebas yang dieksekusi dengan baik oleh Konate Makan Pemain Tengah Arema FC, menggetarkan gawang Persebaya.
Nyala api flare di Stadion Gelora Bung Tomo, Selasa (9/4/2019), setelah Arema FC berhasil menahan imbang Persebaya. Foto: Denza suarasurabaya.net
Di babak pertama, di menit ke-33, Miswar kiper Persebaya itu kebobolan ketika Hendra Siswanto Penyerang Arema FC berhasil memanfaatkan peluang kesalahan pemain tengah Persebaya. Padahal, saat itu Bonek masih menikmati euforia gol Irfan Jaya di menit ke-7.
Kekecewaan suporter diwujudkan dengan lemparan gelas air mineral menjelang akhir pertandingan, ketegangan dengan pihak keamanan, dan hujan kembang api serta nyala api flare dan asap yang memenuhi stadion GBT.
Tidak hanya itu, suporter di tribun utara sempat mengganti hasil pertandingan yang tertera di papan skor sejak Arema berhasil menyamakan kedudukan di menit ke-78. Suporter di sisi ini, sebelum pertandingan juga sempat membalik spanduk nama Arema FC.
Djadjang Nurdjaman Pelatih Persebaya juga mengaku kecewa dengan hasil pertandingan leg pertama ini. Dia pun mengakui sejumlah kesalahan pemain dan akan mengevaluasi hasil pertandingan ini untuk penampilan tim pada leg kedua di Malang.
Salah satu faktor yang membuat permainan Persebaya menurun, diakui pelatih yang akrab disapa Djanur, adalah penggantian Muhammad Hidayat pemain tengah Persebaya dengan Fandi Eko Utomo yang juga pemain tengah.
“Dayat memang cidera sejak pertandingan terakhir kemarin, dan hari ini dia memang agak dipaksakan untuk main. Ada miss, memang, karena Fandi ternyata juga tidak cukup siap untuk pertandingan ini,” ujarnya.
Sebenarnya, kata Djanur, dia berharap penggantian Dayat dengan Fandi ini dapat membantu lini penyerangan Persebaya. Fandi, menurut Djanur, adalah pemain tengah yang biasanya lebih banyak membantu serangan.
Djanur juga mengatakan, dia akan mengevaluasi penampilan Miswar Saputra kiper Persebaya yang tampil penuh di semua babak dan dua kali kebobolan sehingga hasil pertandingan menjadi Imbang.
“Kami punya tiga kiper dengan kemampuan yang hampir sama. Ya, saya mungkin akan mengevaluasi penampilan Miswar kali ini,” ujarnya.
Sementara itu, Milomir Seslija Pelatih Arema FC pada kesempatan konferensi pers setelah pertandingan menyatakan, hasil imbang di kandang Persebaya ini tidak mengecewakan tapi kurang maksimal.
Sebenarnya, kata dia, pemain Arema FC datang ke Surabaya untuk menang. “Berarti ada 50 persen dari target kami yang tidak tercapai. Tapi seperti yang saya sampaikan sebelumnya, kami ingin menikmati pertandingan ini,” ujarnya.
Dia membeberkan rahasia apa yang membuat pemain Arema FC tetap fokus meski di bawah tekanan puluhan ribu suporter di GBT.
Dia sempat menyampaikan kepada pada pemain Arema FC sebelum pertandingan: semakin besar tekanan yang mereka terima, semakin besar tenaga dan motivasi mereka untuk menang.
“Terbukti, tekanan yang semakin besar membuat pemain kami mampu membalik keadaan. Tapi Persebaya adalah tim kuat. Kami perlu lebih banyak mengantisipasi kekuatan mereka di leg kedua,” katanya.(den/iss/ipg)