Timnas U-16 Indonesia gagal memenangkan pertandingan melawan Australia di babak perempatfinal Piala Asia U-16 yang digelar di Stadion Bukit Jalil, Malaysia, Senin (3/10/2018).
Laga yang berakhir dengan skor 2-3 ini membawa hasil buruk, membuat Sutan Zico dan kawan-kawan gagal melaju ke Piala Dunia U-17 2019 mendatang di Peru.
Pasukan Garuda Muda selama ini tampil cukup baik. Hal ini disampaikan Fakhri Husaini Pelatih Timnas Indonesia U-16. Ia juga menilai, hasil ini bukan masalah yang besar.
Menurut Pelatih berusia 59 tahun itu, Timnas U-16 masih dalam pembinaan, bukan mencari banyaknya trofi juara.
“Jadi kawan-kawan harus segera bangkit, bersiap menjalani pertandingan selanjutnya,” tandasnya.
Michael Algo Grasendy Analis Bola mengatakan, pertandingan babak perempatfinal kemarin berjalan dengan ketat. Kedua tim sama-sama ingin merebut tiket ke Piala Dunia U-17.
“Gol di babak pertama saya lihat murni dari permainan Indonesia yang cukup efektif. Sedangkan di babak kedua, saya melihat kecenderungan Australia mempunyai keunggulan di gol atas. Over all saya melihat Indonesia sudah memberikan perlawanan yang sangat maksimal dan juga cukup berimbang,” terangnya.
Usaha tendangan dari Bagus Kaffi di menit terakhir pada babak kedua gagal menjebol gawang Australia. Sendy mengatakan, Australia bermain dengan memanfaatkan peluang dari postur tubuh pemain Indonesia dengan mengambil strategi bola atas.
“Sepanjang 20 menit ini, secara statistik, 67 persen permainan Australia dimenangkan gol-gol atas yang itu tidak lepas dari postur tinggi badan. Hal itu jadi salah satu kelemahan yang harus dihadapi oleh Indonesia,” jelasnya pada Novita Indri Suara Surabaya, Selasa (2/10/2018).
Sendy juga mengatakan, berdasarkan visi Fakhri Pelatih Timnas Indonesia U-16 yang menyebut Timnas usia muda bukan masalah banyaknya piala dan gelar yang diraih, tapi pembinaan untuk bisa lebih berkembang dan nantinya dapat memberikan kontribusi untuk timnas senior, pelatih harus mencari bibit pemain terbaik di seluruh Indonesia sebagai upaya memiliki skuat yang kuat.
Menurut Sendy, upaya Fakhri mencari talenta dengan berkeliling Indonesia untuk menemukan komposisi pemain terbaik U-16 dinilai cukup berhasil. Meski begitu, Sendy juga mengungkapkan pembinaan dalam hal coaching dan training, termasuk upaya mencetak pemain muda melalui berbagai kompetisi harus menjadi hal penting.
“PSSI juga harus memikirkan bagaimana mencetak pemain muda yang muncul dari kompetisi usia muda di Indonesia. Sehingga bisa tersaring mana yang benar-benar prospek untuk bisa masuk ke dalam Timnas. Selain itu, coaching dan training bagi pemain muda harus mulai ditingkatkan lagi,” ungkapnya.
Mengenai kekuatan dan kecepatan Timnas U-16 Indonesia yang telah diakui beberapa pelatih luar negeri, Sendy mengatakan keprihatinannya pada pola permainan Timnas U-16 yang mengandalkan hal tersebut jarang dipertahankan oleh pemain muda Indonesia.
Sendy juga menilai, aspek sisi bermain juga penting untuk diperhatikan.
“Timnas U-16 lebih mengandalkan position yang mereka tunjukkan. Padahal sisi bermain perlu dibentuk juga. Jadi, Timnas nantinya tidak hanya mengandalkan sprint dan kecepatan, tapi juga mengandalkan sisi bermain. Ketenangan dan kedewasaan dalam bermain, membagi bola dengan baik, itu juga harus diperbaiki dari Timnas kita untuk ke depan,” pungkasnya. (lisol/nin/dwi)