Sabtu, 23 November 2024
Piala Dunia 2018

Eratnya Pertalian Nasib Nigeria, Argentina, Messi dan Rojo

Laporan oleh Iping Supingah
Bagikan
Gernot Rohr (tengah) pelatih tim nasional Nigeria asal Jerman menghibur bek Nigeria William Troost-Ekong selepas kekalahan 1-2 dari Argentina di laga pamungkas penyisihan Grup D Piala Dunia 2018 di Stadion Saint Petersburg, Sankt Petersburg, Rusia, Selasa (26/6/2018) malam setempat. Foto: Antara

Lima kali berada dalam satu grup yang sama dari enam kali penampilan di putaran final Piala Dunia. Sedekat itulah pertalian nasib tim nasional Nigeria dengan Argentina di kancah tertinggi sepak bola sejagad itu.

Hanya saja, dalam lima kali pertemuan itu pula, Nigeria selalu berakhir dengan nasib yang tidak lebih beruntung dibandingkan negara yang telah mengoleksi dua trofi Piala Dunia tersebut.

Dilansir Antara, Rabu (27/6/2018), kekalahan seolah menjadi teman sejati Nigeria tiap kali harus menghadapi Argentina di fase grup putaran final Piala Dunia.

Setelah kalah 1-2 pada 1994, 0-1 pada 2002, 0-1 pada 2002 dan 2-3 pada 2014, Nigeria berpeluang untuk meraih satu poin pertamanya dari negeri kelahiran Si Tangan Tuhan itu kala bertemu pada laga penentuan penyisihan Grup D Piala Dunia 2018 di Stadion Krestovskyi (nama resminya Stadion Saint Petersburg) di Sankt Petersburg, Rusia, Selasa (26/6) malam setempat.

Bukan hanya meraih poin pertamanya dari laga kontra Argentina, Nigeria juga berpeluang untuk memaksa La Albiceleste pulang dari Rusia.

Adalah “makhluk” baru bernama Asisten Video Wasit (VAR) yang membantu Nigeria merekahkan harapan mereka untuk meraih poin dan sekaligus melangkah ke putaran 16 besar Piala Dunia 2018.

Tindakan gegabah pemain gaek Argentina, Javier Mascherano, yang menarik hingga menjatuhkan Leon Balogun dengan sengaja di dalam kotak penalti di tengah-tengah situasi sepak pojok, membuat Cuneyt Cakir asal Turki meminta pengamatan VAR.

Gelombang protes dan adu argumentasi di hadapan wajah Cakir dari para pemain kedua tim, seolah menjadi angin lalu bagi wasit yang akhirnya membuat gestur kotak dengan kedua telunjuk tangannya menandakan Nigeria berhak untuk mendapatkan tendangan penalti atas pelanggaran tersebut.

Pemain sayap Chelsea, Victor Moses, terus berusaha tenang menghadapi bola di titik putih, sementara adu mulut masih terjadi di tepian kotak penalti.

Sepakan lemah namun terarah yang dilepaskan Moses berhasil mengecoh penjaga gawang Franco Armani, yang kali ini dipercaya Jorge Sampaoli untuk berdiri di bawah mistar gawang ketimbang Willy Caballero yang sudah kebobolan empat gol di dua laga sebelumnya.

Gol Moses membatalkan keunggulan 0-1 milik sang lawan yang diperoleh lewat gol Lionel Messi, mengubah kedudukan menjadi 1-1 dan membuat harapan Nigeria untuk menghapus catatan buruk selalu kalah melawan Argentina di Piala Dunia, sekaligus melangkah lolos dari Grup D kian bungah.

Belasan menit berselang, VAR kembali ditinjau oleh Cakir saat bek Manchester United, Marcos Rojo, dicurigai melakukan pelanggaran handball alias menyentuh bola dengan tangan secara sengaja.

Momen itu seolah memperbesar peluang Nigeria untuk mematikan mental para pemain Argentina, namun Cakir yang tak puas dengan informasi yang didapatnya dari alat komunikasi earset yang tertanam di telinga kirinya akhirnya mendatangi tepi lapangan untuk menyaksikan langsung insiden yang dipermasalahkan.

Tayangan ulang memperlihatkan bola mengenai tangan kiri Rojo, setelah sundulan halauannya justru membelokkan bola ke bagian tubuh terlarang itu.

Akan tetapi, Cakir yang kembali merapat ke tengah lapangan memutuskan bahwa Rojo tidak melakukan pelanggaran handball, boleh jadi karena dianggap tidak secara sengaja menyentuh bola dengan tangan.

Pun demikian, keputusan VAR tersebut tak menyurutkan harapan Nigeria, yang malah kian berkembang kala waktu normal pertandingan terus mendekati akhirnya.

Namun, pada menit 86, harapan itu runtuh, hancur berkeping-keping. Rojo, kembali menjadi aktor dari insiden pilu tersebut. Sepakannya di hadapan gawang menyambut umpan silang Gabriel Mercado berhasil mengarahkan bola ke sudut tiang dekat, tak terjangkau kiper Francis Uzoho.

Gol tersebut membuat para pendukung Argentina di Stadion Kerstovskyi bersorak, tak ketinggalan sang legenda Diego Maradona yang melompat-lompat kegirangan di tribun penonton.

Tak hanya melompat kegirangan, Maradona bahkan mengacungkan kedua jari tengahnya ke para penonton yang berada di bawahnya. Gestur mengejek yang multimakna, sebab kedua jari tengah Maradona saat itu juga mewakili dua gol yang dicetak Argentina yang akhirnya memastikan kemenangan atas Nigeria.

Argentina melaju, Nigeria pilu.

Messi dan Rojo

Dalam lakon kekalahan kelima di tangan Argentina itu muncul kenyataan betapa nasib Messi dan Rojo kala mengenakan seragam garis-garis biru putih berkelindan erat dengan Nigeria.

Hingga laga kontra Nigeria, Messi kenyang dengan hujan kritik atas kegagalannya mengeksekusi tendangan penalti kala menghadapi Islandia serta masih nirgol selama dua laga pertama penyisihan Grup D.

Saat pertandingan memasuki menit ke-14, sebuah umpan lambung menawan dari Ever Banega berhasil dikendalikan dengan baik oleh Messi di tepian kotak penalti.

Tusukan ke dalam meski dibayangi bek lawan berhasil diselesaikan dengan sebuah sepakan keras ke sudut tiang jauh, demi membuka keunggulan Argentina atas Nigeria.

Gol itu merupakan gol pertama Messi dalam 660 menit penampilannya di putaran final Piala Dunia bersama Argentina.

Tebak kapan terakhir kali Messi mencetak gol untuk Argentina di Piala Dunia? Ya. Melawan Nigeria di fase penyisihan grup Piala Dunia 2014 silam. Kala Argentina menang 3-2 di laga tersebut, Messi mencetak dua gol.

Satu pencetak gol lainnya, yang juga merupakan gol penentu kemenangan adalah Rojo.

Kala itu, Rojo mencetak gol perdananya bersama timnas Argentina untuk memastikan kemenangan negaranya atas Nigeria.

Rojo mengulangi momen yang sama, namun dalam situasi yang lebih dramatis. Karena kali ini, kemenangan adalah satu-satunya jalan bagi Argentina untuk bisa lolos ke putaran 16 besar Piala Dunia 2018.

Entah dari mana caranya, Rojo, seorang pemain bertahan bisa merangsek ke dalam kotak penalti, di hadapan gawang, dalam sebuah bangunan serangan Argentina.

Jika bukan karena jalinan nasib dengan Nigeria, tentu saja Rojo tak akan berada di tempat yang tepat di saat yang tepat.

Sekali lagi, jika bukan karena jalinan nasib dengan Nigeria, tentu saja sepakan Rojo akan melambung tinggi laiknya peluang yang dibuang sia-sia oleh Gonzalo Higuain beberapa menit sebelumnya.

Dan jalinan nasib pula yang mengharuskan Nigeria pulang lebih awal dari Rusia, memulai kualifikasi Piala Dunia 2022 di zona Afrika sembari mungkin menitip harap tidak harus bertemu Argentina lagi di fase grup di Qatar nanti. (ant/ipg/ipg)

Berita Terkait

Surabaya
Sabtu, 23 November 2024
26o
Kurs