Jumat, 22 November 2024

Kejuaraan Taekwondo Internasional Piala Radja Ricuh

Laporan oleh Muchlis Fadjarudin
Bagikan
Kecewa, para peserta mengamuk botol-botol air mineral dilemparkan ke lapangan, spanduk-spanduk dirobek, dan kursi-kursi juga diberantakkan. Kejuaran Taekwondo Internasional Piala Radja, dihentikan. Foto : Fais Fajaruddin suarasurabaya.net

Kejuaraan Taekwondo Piala Radja bertaraf “internasional” yang diadakan Universitas Kristen Duta Wacana Yogyakarta berakhir ricuh dan terpaksa dihentikan.

Sejak awal kejuaraan yang berlangsung di GOR Universitas Negeri Yogyakarta(UNY), Minggu (19/11/2017) dicium tidak beres oleh para peserta.

Pantauan di lapangan, kejuaraan yang dijadwalkan mulai pukul 07.30 WIB, ternyata baru mulai pukul 11.00 WIB. Padahal peserta berjumlah 1.485 dari 123 tim dari 12 Propinsi dan lima negara yaitu Malaysia, Singapura, China, Saudi Arabia dan Australia.

Sri Sultan Hamengkubuwono X yang informasinya akan membuka acara ini waktu break atau saat istirahat pukul 12.00 WIB, ternyata juga tidak ada.

Soal Bagan pertandingan pun juga jadi masalah, karena ada atlet satu klub yang saling ditandingkan. Selain itu Bagan pertandingan yang terus berubah-ubah.

Puncak kekesalan peserta terjadi ketika mereka menerima medali dan piagam. Material medali dan bentuknya yang aneh, berwarna hitam serta mudah ditekuk dengan remasan tangan. Hanya tali medali saja yang warnanya beda, yaitu merah, kuning dan abu.

Sedangkan Piagam tanda tangannya semua memakai scan mulai dari pihak Kemenpora, Gubernur DIY, Rektor UKDW maupun Pengda Taekwondo DIY. Selain itu, yang ada kop di piagam atau sertifikat hanya Rektor UKDW, itupun kop atas nama Unit Kegiatan Mahasiswa (UKM) Universitas Kristen Duta Wacana.

Sekitar pukul 16.00 WIB, suasana panas ruangan panitia tempat pengambilan medali dan Piagam/Sertifikat mulai panas karena pada jam tersebut masih sekitar 30 an partai yang dipertandingkan tiap lapangan dari sepuluh lapangan yang ada.

Padahal, tiap-tiap lapangan ada ratusan partai. Sementara berdasarkan aturan Pengurus Besar Taekwondo Indonesia (PBTI), pertandingan harus berakhir pukul 18.00 WIB.

Satu persatu para coach atau pelatih masuk ke ruangan tersebut marah minta pertanggungjawaban panitia yang tidak profesional dan menganggap ilegal kejuaraan Piala Radja ini.

“Kejuaraan macam apa ini? Kasihan anak-anak dari pagi sampai sekarang belum juga tanding, apa panitia tidak punya perasaan bagaimana mereka subuh sudah bangun, tapi sampai sore ini juga belum dipertandingkan,” ujar seorang pelatih.

“Kita minta semua biaya yang sudah kita keluarkan dikembalikan, termasuk akomodasi dan lain-lain. Belum lagi kerugian immateriil atlet. Mereka ini masih banyak yang sekolah, meninggalkan pelajaran, pamit dan rela melakukan ulangan susulan di sekolahnya, termasuk tanggung jawab kita sebagai pelatih terhadap orang tua yang saat ini mendampingi anaknya,” kata pelatih lainnya yang berasal dari Jakarta.

Budi Setiadi Ibrahim Panitia yang bertanggung jawab pelaksanaan DWCU Open Taekwondo International hanya diam dan sesekali menutup muka ketika para coach melabraknya.

Setelah kondisi tambah panas, akhirnya Ferdiansyah Ketua Technical Delegates dari PBTI muncul dan menyatakan pertandingan dihentikan karena melanggar Sistem Operasional Prosedur (SOP). Selain itu, kata Ferdi, pihak panitia juga siap mengembalikan semua akomodasi perserta.

“Saya disini bertugas untuk mengawasi pertandingan. Jadi, ketika pertandingan yang ber SK PBTI, berizin prinsip PBTI, akan ada technical delegate yang fungsinya bertugas mengawasi satu event. Setelah hasil verfikasi dari Komisi Pertandingan, mendapat izin PBTI, tugas Technical Delegate tentu mengawasi sampai selesai pertandingan. Tadi sudah kesepakatan, sudah kita hitung sampai separuhnya, kesepakatannya pertandingan dihentikan,” tegas Ferdi di depan para Pelatih atau Coach.

Ferdi mengaku, setelah mendapat rincian jumlah partai, dan sudah verifikasi, maka partai yang dipertandingkan memang agak kurang normal.

“Jadi, karena melanggar SOP, tentunya tidak boleh melebihi dari jam 18.00 WIB, dan juga ada SOP perwasitan, serta, tadi saya juga sudah berkonsultasi dengan bidang pertandingan dan berkonsultasi dengan PBTI, untuk Kejuaraan DWCU Open tahun 2017 kita hentikan, dan kompensasi yang telah dibuat pernyataannya oleh ketua panitia Sabeum Budi akan mengembalikan akomodasi,” jelas Ferdi.

Budi akhirnya berjanji akan mengembalikan akomodasi peserta dalam waktu 2×24 jam, termasuk memberi jaminan mobilnya.

Tetapi, beberapa pelatih belum puas dengan jaminannya, sehingga suasana memanas lagi, dan terpaksa Budi Setiadi diamankan aparat kepolisian untuk dibawa ke Polda DIY.

Bersamaan dengan pernyataan Ferdiansyah bahwa pertandingan dihentikan, suasana di lapangan menjadi ricuh. Botol-botol air mineral dilemparkan ke lapangan, spanduk-spanduk dirobek, dan kursi-kursi juga diberantakkan. Panitiapun kocar-kacir melarikan diri dari amukan massa peserta.

Dari proposal kejuaraan yang ada, ternyata tidak ada susunan kepanitiaan, seperti penanggung jawab kejuaraan, penasihat, maupun lembaran ijin PBTI tidak terlampir.(faz/rst)

Foto : Peserta menunjukkan medali yang mudah dibengkokkan.

Berita Terkait

Surabaya
Jumat, 22 November 2024
28o
Kurs