Selepas Susi Susanti gantung raket, dan Mia Audina pindah kewarganegaraan, Indonesia belum memiliki tunggal putri bulu tangkis yang bersinar di panggung internasional.
Hal itu menimbulkan keprihatinan dari para mantan tunggal putri Indonesia seperti Ivana Lie, Susi Susanti, serta Minarti Timur.
“Saya prihatin dan geregetan karena dibanding zaman Susi dulu, gaya permainan lawan lebih susah dari sekarang,” kata Ivana Lie bintang bulu tangkis era 1980-an, di GOR Djarum, Jati, Kudus, seperti dilansir Antara, Selasa (30/8/2016).
Setelah era Susi Susanti, kejayaan tunggal putri berhenti di Mia Audina saat meraih medali perak Olimpiade Atlanta 1996. Bertahun-tahun kemudian, muncul Maria Kristin yang berhasil meraih medali perunggu di Olimpiade Beijing 2008.
Setelah itu, tunggal putri Indonesia mengalami kemunduran dan tidak “menggigit” lagi. Pada Olimpiade Rio 2016, Linda Wenifanetri meraih hasil mengecewakan setelah gagal melewati babak penyisihan.
“Kelemahan pemain tunggal putri kita itu ada pada sisi endurance (ketahanan). Endurance dan mental kadang-kadang berkaitan,” ucapnya.
“Kalau pemain kita main penuh di game pertama, maka di game kedua langsung menurun. Lalu kekurangan di ketahanan memengaruhi mentalnya. Otomatis dia jadi main ragu-ragu. Main reli panjang takut, lalu jadinya mau main cepat, tapi mati sendiri,” timpalnya.
Ivana menambahkan, tunggal putri Indonesia sebenarnya sudah memiliki kemampuan teknik yang baik. Tetapi, bukan cuma itu yang dibutuhkan.
“Mereka harus mengejar dengan latihan keras untuk fisik dan teknik, mengubah gaya hidup dengan mengatur semua jam tidur dan jam makan,” ujar Minarti, pelatih tunggal putri PB Djarum yang pernah peraih medali perak Olimpiade Sydney 2000 pada nomor ganda campuran bersama Tri Kusharjanto.
Susi, peraih medali emas Barcelona 1992 dan medali perunggu Atlanta 1996, menambahkan, tidak setiap generasi menelurkan pemain tunggal putri yang berbakat dengan semangat yang luar biasa.
“Setelah Mia Audina, kita kosong. Untuk mengejar generasi berikutnya itu membutuhkan waktu yang panjang. Makanya kita jangan hanya mempersiapkan di lapis pertama saja lalu selanjutnya bolong. Tetapi harus berlapis-lapis,” kata Susi. (ant/rid/rst)