Jepang dan Korea Selatan (Korsel) dua raksasa sepak bola Asia lolos ke Olimpiade Rio dan melaju ke putaran final kejuaraan U-23 AFC, berkat kemenangan-kemenangan yang mereka raih di semifinal di Doha pada Selasa (26/1/2016).
Keduanya memerlukan gol-gol larut, di mana Jepang mencetak gol melalui sepekan terakhir di pertandingannya untuk menang 2-1 atas Irak, dan Korsel mengemas dua gol pada lima menit terakhir untuk merusak impian tuan rumah Qatar untuk dapat tampil di final, lolos ke Olimpiade untuk pertama kalinya sejak 1992, lapor AFP.
Ini merupakan kesepuluh kalinya Jepang lolos ke Olimpiade dan ketujuh kalinya untuk Korsel, kutip Antara.
Jepang memenangi semifinal pertama berkat penyelesaian kaki kiri Riki Harakawa pada menit ke-93.
Yuya Kobo membawa Jepang memimpin pada babak pertama, namun keunggulan itu berakhir pada menit ke-45 oleh Saad Nitaq pemain Irak.
Pada semifinal kedua juga terjadi drama, ketika pertandingan yang berlangsung membosankan kemudian menjadi lebih menarik setelah turun minum.
Korsel membuka keunggulan pada awal babak kedua berkat kesalahan Muhammad Naim kiper Qatar.
Ia keluar dari sarangnya untuk berusaha menghalau serangan namun berjarak 27 meter dari gawang setelah kehilangan bola yang diambil Ryo Seungwoo.
Hal itu memicu fase akhir pertandingan yang berlangsung menarik, di mana pemain Qatar Ahmed Alla membuat stadion Al Sadd bergemuruh ketika sepakan volinya dapat mengubah skor menjadi 1-1 dengan waktu normal tersisa sepuluh menit.
Qatar meningkatkan serangan untuk mencari gol kemenangan dan satu angka kelihatannya sudah cukup untuk membawa tim itu ke final, namun serangan balik pada menit ke-89 membuat Kwon Changhoon dapat mengonversi umpan silang dan kemudian dengan sepakan terakhirnya di pertandingan itu, kemenangan dikunci oleh Moon Changhin.
Pertandingan final akan berlangsung pada 30 Januari.
Qatar dan Irak akan bertemu pada playoff peringkat ketiga pada 29 Januari, di mana sang pemenang akan mendapatkan tiket AFC terakhir untuk dapat berkompetisi di Rio.
Di antara 11.000 lebih penonton di Doha pada Selasa, terdapat Eva Carneiro mantan dokter klub Chelsea.
Pada awal bulan ini ia memulai kasus pemecatan konstruktif di London terhadap juara bertahan Liga Utama Inggris itu, setelah meninggalkan Stamford Bridge pada tahun lalu.
Ia dikritik oleh Jose Mourinho pelatih Chelsea setelah merawat Eden Hazard di lapangan pada pertandingan pembukaan musim ini melawan Swansea, yang membuat ia dibebas tugaskan dari tanggung jawabnya di tim pertama.
Mourinho kemudian juga meninggalkan Chelsea.
Saat ditanyai mengapa ia berada di Qatar, Carneiro menjawab, “Tidak ada komentar.”(ant/iss/ipg)